Inovasi Polisi Mengubah Eceng Gondok Menjadi Pupuk Dapat Dipuji

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Rajiv, anggota Komisi IV DPR RI, menyampaikan puji atas kreativitas Direktorat Polairud Polda Sumatera Selatan (Sumsel) yang bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya dalam mengubah eceng gondok menjadi bahan pupuk organik. Ia menyatakan bahwa upaya ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikanalternatif biaya yang lebih terjangkau bagi para petani.

“Saya sangat menghargai kegigihan Ditpolairud Polda Sumsel dan Universitas Sriwijaya dalam mengembangkan eceng gondok sebagai pupuk organik,” ujar Rajiv dalam keterangan tertulis, Minggu (28/9/2025). Penggunaan pupuk kimia untuk satu hektar jagung memerlukan biaya sekitar Rp5.900.000, sementara pupuk organik dari eceng gondok dapat mengurangi pengeluaran hingga 86% atau Rp5.127.000 per hektar.

Selain bentuk padat, eceng gondok juga diproses menjadi pupuk amino cair dengan menggunakan batang dan daun. Produksi satu liter pupuk ini hanya membutuhkan biaya Rp300, sementara untuk kebutuhan lahan seluas satu hektar selama tiga bulan diperlukan Rp648.000.

Rajiv mengungkapkan bahwa eceng gondok, yang selama ini dianggap sebagai gulma air, ternyata memiliki kandungan hara yang berguna untuk tanaman seperti jagung, cabai, hingga padi. “Dengan pendekatan ini, eceng gondok bukan hanya masalah, tetapi juga potensi yang bisa dimanfaatkan,” katanya.

Ia juga mendorong Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mendukung program ini. Selain itu, Rajiv menegaskan bahwa Komisi IV DPR RI akan memantau agar inovasi dari Polairud Sumsel mendapat perhatian pemerintah pusat. “Kami akan memastikan program ini tidak hanya berhenti di Sumsel, tetapi bisa dijadikan contoh bagi daerah lain di Indonesia,” tambahnya.

Rajiv menegaskan bahwa ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab kementerian teknis, melainkan memerlukan kerja sama antar sektor. Ia pun memuji Polairud karena berhasil menunjukkan bahwa kepolisian tidak hanya bertugas mengamankan, tetapi juga bisa berkontribusi langsung pada pertanian.

Inovasi ini membuktikan bahwa solusi berkelanjutan dalam pertanian tidak hanya bisa datang dari institusi terkemuka, tetapi juga dari kolaborasi antara polisi dan akademisi. Dengan manfaatkan sumber daya lokal seperti eceng gondok, kita bisa membangun pertanian yang lebih hijau dan berkelanjutan. Inisiatif seperti ini harus diperluas agar dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain, memastikan bahwa setiap elemen masyarakat berperan aktif dalam menuju keberlanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan