Iuran BPJS Kesehatan yang Ditentang karena Merokok Dikatakan Tak Berat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, memberikan komentar mengenai perokok aktif yang merasa beban dengan membayar iuran BPJS. Menurutnya, banyak masyarakat yang lebih sering menghabiskan uang untuk membeli rokok daripada untuk iuran kesehatan.

Contoh yang dia berikan, masyarakat rata-rata menghabiskan sekitar Rp 500.000 per bulan untuk rokok, sementara iuran BPJS Kesehatan jauh lebih rendah. Ghufron menegaskan, “Beli rokok sekitar Rp 500 ribu. Iuran BPJS tidak sampai sepersepuluh, tidak sampai Rp 35.000, tidak sampai Rp 40.000, kalau Rp 500.000 tidak sampai Rp 50.000. Tetapi merokok terasa ringan, sementara bayar BPJS terasa berat.”

Dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, rabunya (24/9/2025), Ghufron mengakui bahwa meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya iuran kesehatan tetap menjadi tantangan. Dia menekankan perlu kerja sama antara BPJS dan masyarakat.

“Kita harus membahas dan sadari cara mendidik masyarakat. Tetapi tidak boleh menyalahkan mereka, karena harus bekerja sama untuk perbaikan bersama,” katanya.

BPJS Kesehatan juga menyediakan program rehab untuk peserta dengan tunggakan. Melalui program ini, peserta dapat menyesuaikan iuran tunggakan dengan kemampuan keuangan mereka. “Mereka dengan tunggakan bisa melalui rehab, menghitung sendiri berdasarkan kemampuan. Utama adalah niat dan kemampuan,” jelasnya.

Ghufron juga menuturkan BPJS telah bekerja sama dengan lebih dari 1 juta kanal pembayaran di seluruh Indonesia, termasuk layanan autodebit melalui aplikasi digital. “Kanal pembayaran ini lebih dari satu juta, hingga Desember 2024 sudah 1.044.189. Ada berbagai metode, seperti OVO, Gopay, dan autodebit.”

Menurut data terkini dari Kementerian Kesehatan, 2025, 43% perokok di Indonesia menolak untuk mengurangi konsumsi rokok meskipun sadar tentang risiko kesehatan. Hal ini menunjukkan kebutuhan strategi lebih intensif dalam pendidikaan dan pengawasan.

Pelajari studi kasus di Indonesia Barat, di mana kampanye anti-rokok berfokus pada perbandingan biaya rokok dengan biaya pencegahan kesehatan. Hasilnya, 32% perokok menunjukkan penurunan konsumsi setelah dihadapkan dengan perbandingan harga.

Masyarakat harus membangun kebiasaan finansial yang sehat. Dengarkan bodinya, investasi dalam kesehatan adalah investasi dalam masa depan yang lebih baik. Tiap keputusan kecil, seperti memprioritaskan iuran BPJS, bisa membuat perbedaan besar dalam menjamin kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan