Transportasi Massal DKI Harus Menjadi Aman dan Tidak Menambah Khawatiran

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Dalam beberapa pekan terakhir, serangkaian insiden yang melibatkan bus TransJakarta telah menjadi isu menonjol, menimbulkan keprihatinan publik. Kejadian tersebut yang menimbulkan korban luka telah mendorong desakan agar pengelola transportasi memperketat aturan keselamatan.

Kecelakaan terbaru terjadi pada Jumat (19/9/2025), di Jalan Raya Stasiun Cakung, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur. Dalam insiden itu, sebuah bus TransJakarta menabrak kios pedagang dan rumah, menyebabkan enam orang terluka: empat pelanggan, satu pramuniaga, dan satu warga lokal.

Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth, menganggap insiden ini sebagai tanda bahaya yang menuntut tindakan yang nyata. Menurutnya, transportasi umum seharusnya memberikan rasa aman bagi warga, bukan justru meningkatkan ketakutan.

Kenneth, yang dikenal dengan panggilan Bang Kent, memperjuangkan evaluasi yang komprehensif dari berbagai aspek, termasuk kondisi armada, proses rekrutmen dan pelatihan sopir, serta pengawasan operasional. Ia menegaskan bahwa langkah ini penting untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

Selain itu, ia juga mendorong kerja sama antara TransJakarta, Dinas Perhubungan, dan kepolisian untuk memperkuat standar keselamatan dan disiplin berlalu lintas. Penggunaan teknologi seperti sensor dan kamera pengawas juga diperlukan untuk mengurangi risiko kecelakaan.

Menurut Kenneth, langkah-langkah konkret yang perlu diambil meliputi penggalangan pengemudi dengan standar keselamatan yang lebih tinggi, peremajaan armada secara teratur, dan penerapan teknologi pengawas. DPRD DKI Jakarta siap mendukung kebijakan dan anggaran yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan publik.

Satu isu yang diajak adalah sistem kerja sopir bus TransJakarta, yang secara resmi dibatasi hanya 8 jam sehari. Namun, ada dugaan bahwa dalam praktiknya, ada permasalahan dengan waktu kerja yang tidak ideal, termasuk “jumping shift” (mengganti shift secara berantakan), yang dapat mengakibatkan kelelahan.

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) memuat bahwa pengemudi hanya dapat mengemudi maksimal 8 jam sehari, dengan istirahat minimal 30 menit setiap 4 jam. Kenneth menekankan pentingnya penetapan regulasi tambahan yang memastikan kesehatan dan keselamatan pengemudi.

Data dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta menunjukkan bahwa bus TransJakarta terlibat dalam 827 kecelakaan dari Januari hingga September 2022, angka yang hampir tiga kali lipat dibandingkan total kecelakaan pada tahun 2021. Namun, laporan kinerja PT TransJakarta pada 2024 mencatat penurunan tingkat kecelakaan menjadi 0,36 kejadian per 100.000 kilometer perjalanan, dari angka sebelumnya sekitar 0,70.

Direktur Utama PT TransJakarta, Welfizon Yuza, mengungkapkan bahwa keselamatan penumpang dan kepercayaan masyarakat terhadap transportasi publik adalah prioritas utama. Ia juga menyampaikan beberapa langkah strategis untuk mengurangi kecelakaan, seperti audit keselamatan armada, pengawasan ketat sopir, perbaikan infrastruktur, dan transparansi data kecelakaan.

Kenneth menegaskan bahwa keselamatan publik bukan hanya tanggung jawab operator, tetapi juga kewajiban pemerintah. DPRD DKI Jakarta akan terus memantau dan menuntut tindakan nyata agar insiden serupa tidak terjadi lagi. Warga Jakarta diharapkan tetap kritis dan waspada, agar keselamatan tidak menjadi korban kelalaian pihak yang bertanggung jawab.

Kecelakaan transportasi umum menjadi isu global, dengan berbagai kota di seluruh dunia menghadapi tantangan serupa. Misalnya, di kota-kota metropolis seperti Tokyo dan New York, sistem transportasi massal terus diperbarui dengan teknologi canggih dan protokol keselamatan yang ketat. Studi kasus menunjukkan bahwa penerapan teknologi seperti sistem pengendalian otomatis dan kamera surveilans dapat mengurangi insiden hingga 40%.

Selain itu, kebiasaan budaya keselamatan di kalangan pengemudi juga memainkan peran penting. Pelatihan berkala tentang etika dan teknik mengemudi, serta pengawasan klinis terhadap kesehatan mental dan fisik pengemudi, sudah menjadi standar di banyak negara maju. Ini membuktikan bahwa kombinasi teknologi dan kebijakan yang tepat dapat menurunkan angka kecelakaan secara signifikan.

Dari semua hal ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa transportasi umum yang aman bukan hanya tentang ketersediaan teknologi atau aturan yang ketat, tetapi juga tentang komitmen bersama dari semua pihak. Warga juga harus aktif berperan dalam melaporkan masalah dan mendorong peningkatan keselamatan. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, operator transportasi, dan masyarakat, kita bisa membangun sistem transportasi yang lebih aman dan nyaman bagi semua.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan