Kasus Keracunan MBG Meluap di Tasikmalaya dan Garut, Orang Tua Khawatir

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) semakin meningkat. Pada Mei 2025, sekitar 400 siswa di Rajapolah, Tasikmalaya, mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program ini. Lalu, pada September 2025, insiden serupa terjadi di Garut.

Di Kabupaten Garut, 150 siswa dari tiga sekolah swasta di Kecamatan Kadungora mengalami gejala keracunan seperti pusing, mual, dan muntah sejak Selasa malam (16/9/2025). Beberapa di antaranya mengalami gejala lebih parah, sehingga 24 siswa dirawat di puskesmas. Mereka kini sudah pulih dan kembali ke rumah.

Makanan MBG yang disajikan di sekolah itu telah diambil sampel untuk diuji di laboratorium. Hasil ujian diharapkan dalam waktu tujuh hari kerja. Jika sampel diambil pada Rabu, maka hasilnya dapat diketahui pada Selasa berikutnya.

Tidak hanya di Garut, keracunan juga terjadi di Cikalong, Tasikmalaya, pada Kamis (18/9/2025). Sejumlah siswa SD dan PAUD diantar ke puskesmas karena gejala mual, muntah, dan pusing setelah menyantap MBG yang disediakan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Selain keracunan, program MBG juga menghadapi masalah lainnya, seperti distribusi dan variasi menu. Beberapa orang tua mengeluhkan kualitas makanan yang tidak layak untuk anak-anak. Misalnya, ada menu nasi TO di Cineam, kacang dan kentang rebus di Kadipaten, dan kulit ayam di Cisayong.

Nurhayati, seorang warga Singaparna, menyampaikan pendapatnya. Menurutnya, program MBG membantu karena anaknya bisa makan gratis di sekolah. Namun, ia mencatat bahwa kualitas menu masih belum konsisten. Ia juga menyatakan keprihatinannya setelah terjadi kasus keracunan, sehingga selalu mengingatkan anaknya untuk memastikan makanan masih segar sebelum dikonsumsi.

Kasus keracunan MBG yang terus terjadi membutuhkan perhatian serius. Program yang bertujuan untuk mendukung gizi anak-anak harus menjamin keamanan dan kualitas makanan yang disajikan. Solusi seperti pengawasan yang lebih ketat, evaluasi rutin menu, dan dukungan dari pihak berwajib diperlukan untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

Program MBG memiliki tujuan mulia, tetapi kesalahan dalam pelaksanaan bisa berdampak negatif. Kualitas makanan, kepastian distribusi, dan keamanan konsumsi harus menjadi prioritas utama. Dengan demikian, anak-anak bisa menikmati manfaat program ini tanpa khawatir terkena keracunan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan