Jaksa di Rote Ndao Berjuang Melawan Ombak Demen Tegakkan Keadilan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Jakarta, profesi jaksa merupakan pekerjaan yang memiliki arti dan penuh tantangan, terutama ketika melayani di daerah terpencil di Indonesia. Boby Bintang Hasiholan Sigalingging, Kepala Subseksi Prapenuntutan di Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Rote Ndao, merupakan salah satu figur yang mewakili dedikasi tersebut. Lahir dan tumbuh di Medan, Sumatera Utara, ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara.

Sejak kecil, Boby bermimpi menjadi jaksa, meskipun ada keberatan dari ayahnya yang merupakan seorang polisi. Ayahnya menentang cita-citanya karena Boby adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga.

Boby menuntaskan pendidikan di Universitas Sumatera Utara dengan jurusan Sarjana Hukum. “Ini adalah cita-cita yang saya miliki sejak kecil, menjadi seorang jaksa,” katanya. Namun, ayahnya tetap meragukan keputusan itu karena Boby adalah anak termuda dan satu-satunya laki-laki di keluarga.

Setelah lulus sebagai jaksa, Boby pernah ditugaskan di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Namun, karena belum memiliki pengalaman merantau, ia mengalami stres ringan saat beradaptasi. “Medan sudah beragam dan ramai, sedangkan di Talaud, segala sesuatu terbatas,” jelasnya. Harga makan dan hidup pun lebih mahal, serta kegiatan berakhir lebih awal, baik itu jam 8 malam sudah semuanya tutup.

Pada Januari 2025, Boby dipindah tugas ke Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Ia merasa lebih bersyukur karena fasilitas dan infrastruktur lebih baik dibanding Talaud. Perjalanan dari Kupang ke Rote hanya memakan waktu dua jam jika tidak berombak, jauh lebih cepat dari Manado ke Talaud yang bisa mencapai 15 jam.

Namun, tugas di Rote Ndao pun memiliki tantangan tersendiri. Wilayah ini berbatasan langsung dengan laut, sehingga ketika ada perkara korupsi, sidang harus dihadiri di Pengadilan Tipikor Kupang. Transportasi menjadi masalah utama, terutama jika cuaca tidak mendukung. Selat Puku Afu, salah satu selat terbaik di NTT, kerap menghambat perjalanan.

“Ketika kadang-kadang kapal hanya berlayar satu kali sehari, dan kami diberitahu bahwa pagi akan aman, tetapi sebenarnya cuaca berubah,” ceritanya. Hal ini membuat jadwal sidang sering ditunda, bahkan hingga seminggu. “Kapten kapal tidak mau mengambil risiko, sehingga harus koordinasi ulang dengan Pengadilan Tipikor,” katanya.

Meskipun sering menghadapi ombak dan badai, Boby tetap berani menjalankan tugas. “Rasanya takut pasti ada, tapi itu tidak boleh mengalahkan tanggung jawab kita,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa didikan dari orang tuanya, terutama ibunya, telah mengajarnya untuk menjadi laki-laki tanggung jawab dan pemberani.

Sementara itu, Calon Jaksa Kejaksaan Negeri Rote Ndao, I Gede Oka Cosmei Digo Permana, juga mengakui bahwa cuaca sering menjadi halangan utama. “Kapal cepat tidak ada, kapal lambat pun tidak ada, dan pesawat juga kosong,” katanya. Hal ini memaksanya untuk mengatur ulang jadwal berkala.

Kisah Boby dan rekan-rekannya di Rote Ndao menunjukkan betapa pentingnya penegakan keadilan, bahkan di tengah tantangan alam yang ekstrem. Kejaksaan Agung bersama Thecuy.com menghadirkan program khusus yang mengungkap realita penegakan hukum di Indonesia, tidak hanya dalam menyelesaikan kasus, tetapi juga dalam menginspirasi dedikasi para jaksa.

Keberanian dan dedikasi mereka menjadi contoh bahwa penegakan hukum harus dilakukan tanpa kompromi, meskipun menghadapi rintangan. Setiap upaya untuk menjaga keadilan merupakan langkah penting dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan teratur.

Data riset terbaru

Menurut laporan tahunan Kejaksaan Agung 2025, terdapat peningkatan signifikan dalam penyelesaian kasus di daerah terpencil, termasuk Nusa Tenggara Timur. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan persentase kasus yang diselesaikan hingga 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, tantangan infrastruktur dan cuaca tetap menjadi faktor utama yang memengaruhi efisiensi kerja.

Analisis Unik dan Simplifikasi

Penegakan hukum di kawasan terpencil seperti Rote Ndao bukan hanya soal ketrampilan hukum, tetapi juga soal ketahanan mental. Para jaksa harus siap menghadapi berbagai tantangan, baik dari lingkungan alam maupun sistem yang kurang memadai. Namun, dengan didikan yang baik dan semangat kerja yang tinggi, mereka tetap dapat menjalankan tugas dengan baik.

Kesimpulan

Kisah para jaksa di Rote Ndao mengingatkan kita bahwa penegakan hukum bukan hanya soal kekuatan hukum, tetapi juga soal dedikasi dan ketekunan. Meskipun menghadapi ombak dan badai, mereka tetap berdiri teguh untuk menjaga keadilan. Inilah bukti bahwa semangat keadilan bisa menembus setiap rintangan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan