Softbank Memfokuskan Investasi pada AI, Mengurangi Tenaga Kerja Sebesar 20%

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

SoftBank Group merencanakan pemangkasan tenaga kerja yang melibatkan sekitar 20% dari karyawan Vision Fund di seluruh dunia, sebagai langkah adaptasi terhadap focus baru pada kecerdasan buatan (AI) besar yang dikembangkan oleh pendiri Masayoshi Son di Amerika Serikat. Rencana ini terbuka melalui dokumen internal dan informasi dari sumber dekat.

Menurut laporan Reuters pada Jumat (19/9/2025), ini merupakan gelombang pemecatan ketiga di Vision Fund sejak tahun 2022. Saat ini, tim Vision Fund terdiri dari lebih dari 300 pegawai global. Berbeda dengan periode sebelumnya yang diwarnai kerugian finansial yang besar, pemangkasan kali ini dilaksanakan setelah Vision Fund mencatat performa kuartal terbaik sejak Juni 2021, didorong oleh naiknya harga saham perusahaan seperti Nvidia dan Coupang, salah satu perusahaan e-commerce terkemuka di Korea Selatan.

Langkah ini menunjukkan perubahan strategis dalam alokasi sumber daya investasi. Meskipun Vision Fund masih akan mempertahankan aktivitas investasi baru, tenaga kerja yang tersisa akan lebih difokuskan pada sektor AI, termasuk proyek Stargate bernilai US$ 500 miliar yang bertujuan membangun jaringan pusat data raksasa bersama OpenAI.

“Kami terus menyesuaikan struktur organisasi untuk mengeksekusi strategi jangka panjang, dengan fokus pada investasi berani dalam AI dan teknologi inovatif, serta menciptakan nilai jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan,” kata juru bicara Vision Fund yang mengonfirmasi pemangkasan pekerjaan tanpa memberikan detail lebih lanjut.

Restrukturisasi ini mencerminkan kembali gaya manajemen Son yang diketahui berisiko tinggi dengan harapan imbal hasil besar. SoftBank kini meninggalkan model investasi ventura yang tersebar luas seperti pada awal era Vision Fund, dan mengakhiri periode sulit yang ditandai kerugian, penjualan aset, dan upaya memulihkan kredibilitas setelah gagal menanam modal di WeWork.

Peralihan ke infrastruktur AI padat modal menunjukkan kepercayaan Son terhadap potensi teknologi ini untuk membawa perusahaan kembali ke puncak. Ia secara agresif menyalurkan dana ke model dan infrastruktur AI, bahkan dengan membeli aset pada valuasi premium. Dalam waktu 12 bulan terakhir, Son telah menanam modal sebesar US$ 9,7 miliar di OpenAI melalui Vision Fund 2 yang mengelola sekitar US$ 65,8 miliar. Selain itu, SoftBank juga mempersiapkan strategi infrastruktur dengan memanfaatkan Arm, perusahaan desain chip miliknya.

Perusahaan telah mengakuisisi beberapa perusahaan teknologi seperti Graphcore dan Ampere Computing, serta berinvestasi di Intel dan Nvidia. Tujuan ini adalah untuk membangun ekosistem lengkap mulai dari chip, pusat data, hingga model AI yang akan mendukung adopsi teknologi masa depan. Namun, strategi besar-besaran ini tidak tanpa risiko. Terlihat dari penundaan proyek Stargate di AS dan kerjasama serupa dengan OpenAI di Jepang. Dalam laporan keuangan Agustus lalu, CFO SoftBank Yoshimitsu Goto menyatakan perusahaan masih memegang kas yang sangat aman sebesar 4 triliun yen atau sekitar US$ 27 miliar.

AI telah menjadi pusat perhatian global, termasuk di Indonesia. Menurut riset terbaru, adopsi AI di Indonesia meningkat pesat, terutama pada sektor fintech dan e-commerce. Studi kasus dari beberapa startup lokal menunjukkan bahwa integrasi AI dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 40%. Infografis yang relevan menunjukkan bahwa 60% perusahaan teknologi di Asia Pasifik berencana meningkatkan investasi AI dalam waktu 12 bulan ke depan.

Kesimpulan: Transformasi digital melalui AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang kemampuan manusia untuk beradaptasi dan menciptakan nilai baru. Masa depan tidak ditentukan oleh kekuatan mesin saja, tetapi oleh kreativitas kita dalam menggunakannya.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan