Arab Saudi Jalin Perjanjian Pertahanan dengan Pakistan yang Memiliki Senjata Nuklir

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Arab Saudi dan Pakistan telah menandatangani perjanjian keamanan yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu negara akan dianggap sebagai serangan terhadap keduanya. Langkah ini diambil setelah Israel melancarkan berbagai operasi militer, termasuk serangan ke Qatar beberapa hari sebelumnya.

Hubungan antara kedua negara sudah lama terjalin dalam bidang ekonomi, agama, dan keamanan. Arab Saudi juga telah memberikan dukungan finansial kepada program senjata nuklir Pakistan, seperti yang disampaikan dalam beberapa laporan sebelumnya.

Selama ini, beberapa analis dan diplomat mencermati kemungkinan Arab Saudi akan bergantung pada “payung nuklir” Pakistan, terutama saat terjadi ketegangan dengan Iran terkait program nuklir mereka.

Pakta ini juga dianggap sebagai pesan implisit kepada Israel, yang saat ini melakukan operasi militer di beberapa wilayah, termasuk Iran, Lebanon, Palestina, Qatar, Suriah, dan Yaman. Pemerintah Israel belum menyahut perjanjian Saudi-Pakistan ini.

Perjanjian pertahanan ini ditandatangani pada Rabu (17/9) oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif. Walaupun tidak secara eksplisit disebutkan, perjanjian tersebut menyatakan bahwa serangan terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai serangan terhadap keduanya.

Pakistan telah memberikan dukungan militer kepada Arab Saudi selama puluhan tahun untuk melindungi Mekkah dan Madinah. Hubungan ini semakin erat setelah Revolusi Islam Iran 1979.

Pakistan juga mengembangkan senjata nuklir untuk menghadapi India, dengan jumlah senjata nuklir diperkirakan mencapai 170 hulu ledak. India, sebagai negara tetangga, memiliki 172 hulu ledak nuklir.

Kementerian Luar Negeri India telah menyatakan akan memantau perkembangan perjanjian Saudi-Pakistan dan mempelajari implikasinya bagi keamanan nasional serta stabilitas regional dan global.

Sebuah buku bertajuk Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb menuturkan bahwa Arab Saudi telah memberikan dukungan finansial besar kepada program nuklir Pakistan. Hal ini juga didukung oleh kabel diplomatik AS yang berbunyi bahwa Saudi berkeinginan untuk melindungi diri dan kawasan mereka.

Sambi dan Saudi belum menjawab pertanyaan Associated Press tentang apakah perjanjian ini mencakup arsenal nuklir Pakistan.

Sebelum penandatanganan pakta ini, Iran telah mengirim Ali Larijani untuk berkunjung ke Arab Saudi. Larijani merupakan tokoh senior dan sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, yang mungkin menunjukkan upaya untuk menjelaskan perjanjian ini ke Teheran.

Arab Saudi sebelumnya telah meminta bantuan AS untuk mengembangkan program nuklir sipil, yang bisa membuka kesempatan untuk pengayaan uranium. Hal ini membuat para pakar nonproliferasi khawatir, karena pengayaan uranium juga dapat digunakan untuk pengembangan senjata nuklir.

Putra Mahkota MBS pernah menyatakan bahwa Arab Saudi akan mengembangkan senjata nuklir jika Iran dibiarkan memiliki bom atom. Saat ini, Saudi diyakini memiliki program rudal balistik domestik, yang dapat menjadi sistem pengantar hulu ledak nuklir.

Meskipun demikian, Arab Saudi masih menjadi anggota Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT) dan belum diketahui mengambil langkah untuk mengembangkan bom nuklir sendiri.

Perjanjian ini menunjukkan kedekatan strategis antara Saudi dan Pakistan, khususnya dalam menghadapi ancaman regional, terutama dari Iran. Langkah ini juga menguatkan posisi Saudi dalam mengelola keamanan di Timur Tengah, meskipun masih banyak spekulasi tentang dampak jangka panjang dari pakta ini.

Langkah kerja sama militer antara Saudi dan Pakistan bukan hanya tentang pertahanan, melainkan juga tentang stabilitas politik dan ekonomi di kawasan. Dengan adanya dukungan mutual, keduanya dapat lebih kuat dalam menghadapi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan