Penurunan Harga Minyak Mentah Berikutan Penekanan Suku Bunga oleh The Fed

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Harga minyak dunia mengalami penurunan pada sesi perdagangan kedua pada Kamis, 18 September 2025. Minyak Brent jatuh 13 sen atau 0,19%, menjadikannya seharga US$67,82 per barel pada pukul 04.17 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate dari Amerika Serikat turun 18 sen atau 0,28%, hingga US$63,87 per barel.

Turunnya harga minyak tersebut terjadi setelah The Federal Reserve memutuskan untuk menurunkan suku bunga pada hari Rabu, untuk pertama kalinya sejak Desember tahun lalu. Selain itu, Fed juga mengungkapkan rencana untuk terus memenangkan biaya pinjaman dalam rentang waktu yang tersisa di tahun ini.

Menurut Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova, biasanya biaya pinjaman yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan minyak, sehingga mendorong harga naik. Namun, langkah terbaru dari Fed dan pernyataan akan dua pemangkasan suku bunga lagi pada tahun ini telah terantisipasi pasaran.

Claudio Galimberti, Kepala Ekonom dan Direktur Global Analisis Pasar di Rystad Energy, menjelaskan bahwa pemotongan suku bunga lebih lanjut dari Fed menunjukkan bahwa pengambilan kebijakan prioritaskan risiko terhadap perekonomian akibat pengangguran lebih daripada inflasi.

Pasar minyak terus mengalami tekanan akibat kelebihan pasokan dan permintaan bahan bakar yang lemah di Amerika Serikat. Data dari Badan Informasi Energi AS menunjukkan penurunan tajam persediaan minyak mentah minggu lalu karena impor bersih merosot ke level terendah, sementara ekspor naik ke angka tertinggi dalam dua tahun terakhir.

The Federal Reserve baru-baru ini melakukan pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin, menurunkan tarif menjadi rentang 4,00%-4,25%. Selain itu, Fed juga menyampaikan rencana untuk melakukan penurunan suku bunga lagi pada pertemuan Oktober dan Desember mendatang. Langkah ini diambil karena ketakutan terhadap kenaikan angka pengangguran di AS, terutama di kalangan pekerja muda dan kelompok kulit hitam, serta penurunan jam kerja mingguan. Hal ini juga dipengaruhi oleh tekanan Presiden Donald Trump yang selalu mendorong pemangkasan suku bunga secara agresif, meskipun angka yang diberikan Fed masih jauh dari yang dituntut Trump.

Data terbaru menunjukkan bahwa dinamisnya pasar minyak terus dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi, termasuk kebijakan monetari dan kondisi ekonomi global. Analisis ini menunjukkan bahwa permintaan minyak masih rentan terhadap perubahan suku bunga dan kondisi perekonomian.

Studi kasus yang dilakukan pada pasar energi menunjukkan bahwa keputusan Fed memang memiliki dampak signifikan pada harga komoditas, termasuk minyak. Penurunan suku bunga dapat menguatkan permintaan, namun jika disertai oleh kelebihan pasokan, harga masih saja tertekan. Hal ini menunjukkan pentingnya kestabilan antara kebijakan monetari dan kondisi pasokan energi di global.

Harga minyak yang fluktuatif menjadi refleksi dari kemajuan dan tantangan ekonomi dunia. Pada masa ini, para pemain industri harus siap menyesuaikan strategi dengan mengikuti perkembangan politik dan ekonomi yang terus berubah, terutama dalam menghadapi tantangan inflasi dan pengangguran.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan