Indonesia Menjadi Negara Pembuat Listrik Panas Bumi Terbesar di Dunia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia menempati posisi penting sebagai negara dengan potensi sumber daya panas bumi yang sangat besar, yakni mencapai 23.742 Megawatt (MW). Saat ini, Indonesia berada di urutan kedua sebagai produsen listrik dari panas bumi di dunia, dengan kapasitas terpasang sebesar 2.744 MW, di bawah Amerika Serikat yang memiliki 3.937 MW.

“Pemasaran energi geotermal merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang memiliki cadangan yang luar biasa besar di Indonesia. Namun, hanya sekitar 10% dari potensi ini yang telah kami manfaatkan hingga saat ini,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (ESDM) Bahlil Lahadalia, dalam pernyataan tertulis, Rabu (17/9/2025).

Dalam ajang Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta, Bahlil mengungkapkan hal tersebut. Dia juga mengajak untuk segera melaksanakan lelang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto tentang reformasi dan percepatan regulasi untuk memberikan kejelasan dan dorongan bagi para pelaku industri panas bumi.

Untuk mendukung ini, Kementerian ESDM telah melakukan penyesuaian perizinan dan regulasi yang dianggap menghambat investasi. Pada tahun 2024, kementerian tersebut meluncurkan platform digital bernama Genesis untuk pengelolaan panas bumi. Mulai tahun ini, lelang WKP dilaksanakan melalui platform tersebut.

“Investor selalu menolak aturan yang rumit. Semakin banyak dan rumit aturan, semakin tidak menarik bagi investor,” jelas Bahlil. Dia juga menambahkan, “Oleh karena itu, program kami selama satu tahun terakhir adalah untuk memangkas berbagai tahapan regulasi yang menghambat perkembangan geotermal. Kami telah memangkas semua aturan yang berlebihan.”

Selain itu, melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, pemerintah berencana membangun 48.000 kilometer sirkuit untuk mendorong pembangunan energi baru dan terbarukan. Menurut Bahlil, jaringan transmisi yang menghubungkan sumber energi dengan jaringan listrik masih belum cukup.

“Dengan begitu, tahun ini pemerintah Republik Indonesia, sebagai ungkapan komitmen dan tanggung jawab untuk mendukung energi baru terbarukan, telah menyusun RUPTL dari tahun 2025 hingga 2035 dengan target 48.000 kilometer sirkuit. Ini adalah bentuk upaya yang harus kita lakukan untuk mempercepat pembangunan,” ucapnya.

Selain itu, dalam acara IIGCE 2025, Bahlil menyaksikan penandatanganan tujuh nota kesepahaman di sektor pendidikan dan kerja sama komersial antara BUMN, perusahaan swasta nasional, dan luar negeri. Kerja sama tersebut melibatkan investasi teknologi dan pembiayaan dengan total kapasitas 265 MW dan nilai investasi sebesar USD 1,5 miliar (Rp 25 triliun).

Data terbaru menunjukkan bahwa potensi panas bumi di Indonesia masih belum optimal digunakan. Dengan adanya reformasi regulasi dan dukungan investor, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi pemimpin global dalam energi terbarukan. Studi kasus sukses di negara seperti Islandia menunjukkan betapa pentingnya investasi dan inovasi dalam pengembangan panas bumi.

Dari pengalaman tersebut, Indonesia dapat belajar untuk meningkatkan efisiensi dan konsistensi dalam pengelolaan sumber daya panas bumi. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, tetapi juga menjadikan diri sebagai pemasok energi berkelanjutan bagi negara lain.

Peningkatan investasi dalam panas bumi tidak hanya mendukung pembangunan energi terbarukan, tetapi juga memberikan dampak positif pada perekonomian dan lingkungan. Diharapkan, dengan dukungan yang tepat, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi panas buminya untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan