BPA, atau Bisphenol A, sudah lama menjadi perbincangan di masyarakat karena potensi dampaknya pada kesehatan. BPA, yang masuk ke tubuh, dianggap bisa menyebabkan berbagai masalah serius, mulai dari gangguan perkembangan janin, gangguan reproduksi, hingga risiko kanker.
BPA adalah bahan kimia yang diproduksi secara massa, terutama sebagai bahan dasar plastik polikarbonat. Produk-produk yang umum mengandung BPA meliputi wadah makanan dan minuman. Prof. Zubairi Djoerban, pakar hemato-onkologi, menyatakan bahwa beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa BPA memiliki sifat karsinogenik, yang berarti dapat memicu proses pembentukan kanker melalui perubahan biologis di tubuh.
Menurut Prof. Zubairi, BPA memiliki kemampuan untuk memengaruhi proses pembelahan sel (mitosis), ekspresi gen, dan jalur metabolisme yang terkait dengan pertumbuhan kanker. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Environmental Science and Pollution Research pada 2021, berjudul A comprehensive review on the carcinogenic potential of bisphenol A: clues and evidence, menjelaskan bahwa BPA dapat meningkatkan risiko kanker melalui beberapa mekanisme. Misalnya, ketika wadah polikarbonat dipanaskan berulang kali, dicuci dengan detergen keras, atau diisi dengan cairan asam, migrasi BPA ke dalam makanan atau minuman akan lebih tinggi.
Setelah masuk ke tubuh, BPA biasanya diolah oleh hati melalui proses glukuronidasi atau sulfonasi untuk kemudian dikeluarkan melalui empedu atau urine. Enzim UDP-glukuronosiltransferase 2B15 (UGTs) berperan penting dalam proses ini. Jika enzim ini terganggu, BPA tetap aktif dan dapat mengganggu fungsi sel, termasuk melalui pengikatan pada reseptor estrogen, androgen, tiroid, dan PPAR, yang akhirnya menimbulkan gangguan metabolisme steroid dan perkembangan kanker.
Efek estrogenik BPA juga dapat memengaruhi jalur genomik dan non-genomik sel, mengakibatkan perubahan fungsi biologis dan pertumbuhan sel abnormal yang dapat memicu kanker. Studi menunjukkan bahwa BPA dapat meningkatkan risiko kanker payudara, endometrium, ovarium, serviks, dan prostat.
BPA banyak ditemukan dalam produk sehari-hari, seperti jendela anti-pecah, kaca mata, botol minum, resin epoksi yang melapisi kaleng makanan, tutup botol, pipa air, dan bahkan galon air isi ulang. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 34,49% rumah tangga di Indonesia menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum utama. Hal ini menambahkan risiko paparan BPA melalui galon yang digunakan berulang kali.
Studi lain, yang diterbitkan di jurnal Cancer Research pada 2008, berjudul Bisphenol A Induces a Profile of Tumor Aggressiveness in High-Risk Cells from Breast Cancer Patients, menemukan bahwa BPA dapat memperburuk kondisi kanker payudara. Dalam penelitian ini, sel epitel payudara normal dengan risiko kanker dipaparkan BPA, Estradiol (E2), dan Progesteron (PG). Hasilnya, sel-sel itu menunjukkan perubahan gen yang membuatnya lebih tahan hidup, lebih agresif, dan kurang responsif terhadap terapi.
Peneliti mengamati bahwa sel-sel yang dipaparkan BPA menunjukkan pola gen yang mirip dengan sel kanker ganas, termasuk kemampuan untuk bertahan terhadap stres dan resistensi obat. Data klinis juga menunjukkan bahwa pasien dengan profil gen serupa memiliki prognosis yang lebih buruk.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Inggris, penggunaan BPA dibatasi, terutama untuk produk bayi. Jepang dan Uni Eropa melarang BPA untuk semua kelompok usia. Di Indonesia, BPOM telah menetapkan batas migrasi BPA sebesar 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dan memerlukan pelabelan BPA pada galon air isi ulang. Profesional kesehatan menyarankan untuk menghindari BPA, terutama bagi bayi dan anak, sementara bukti risiko bagi dewasa masih terbatas.
Untuk mengurangi paparan BPA, beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah memilih air minum bebas BPA, menggunakan botol susu bayi yang aman, menghindari pemanasan wadah plastik di microwave, dan memilih alternatif seperti kaca, porselen, atau stainless steel. Hindari juga penggunaan wadah yang sudah rusak atau tergores.
BPA adalah bahan kimia yang memang perlu diperhatikan, terutama karena potensi risiko kanker yang telah ditunjukkan oleh beberapa studi. Meskipun belum ada bukti kuat untuk semua kelompok usia, pengendalian paparan BPA tetap menjadi langkah bijak untuk menjaga kesehatan. Jaga kebiasaan sehat dan pilih produk yang aman untuk menjaga tubuh dari potensi bahaya yang tidak diperlukan.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.