Mengungkap Rahasia Sukses: Cara Populer dan Efisien Membuat Lapangan Kerja Baru

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Koperasi dan Badan Gizi Nasional baru-baru ini mengumumkan peluang kerja yang signifikan di seluruh Indonesia, khususnya melalui dua program utama, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Koperasi Merah Putih. Program MBG membutuhkan sekitar 8.000 relawan, sementara Koperasi Merah Putih mengincar 500.000 pekerja. Posisi yang ditawarkan untuk Koperasi Merah Putih adalah analis bisnis dengan pengalaman mendirikan usaha, dengan honor bulanan mencapai Rp 7,25 juta. Sementara itu, MBG mencari tenaga kerja untuk empat bidang: memasak, kebersihan, pengemasan, dan persiapan, dengan upah sekitar Rp 2 juta per bulan.

Aliansi Ekonomi Indonesia baru-baru ini menyerukan tujuh langkah darurat ekonomi kepada pemerintah. Beberapa poin seperti peningkatan tata kelola dan reduksi ketimpangan patut dipuji, tetapi beberapa tuntutan lain justru berpotensi memenggal penciptaan lapangan kerja, yang saat ini menjadi isu paling mendesak.

Perubahan ekonomi global sedang terjadi dengan cepat, dengan teknologi seperti robotika, automasi, dan kecerdasan buatan (AI) yang mengubah cara kerja. Menurut World Economic Forum, hingga tahun 2030, sekitar 92 juta pekerjaan akan hilang karena otomatisasi, terutama di sektor rutin seperti kasir dan teller. Namun, sebaliknya, diperkirakan akan muncul 170 juta pekerjaan baru dengan keterampilan baru, seperti analisis data dan teknologi digital. Sayangnya, sistem pendidikan menengah di Indonesia masih ketinggalan dalam mempersiapkan tenaga kerja untuk kebutuhan masa depan, sehingga lulusan SMA dan SMK kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Dunia sekarang menghadapi era VUCA (Volatilitas, Ketidakpastian, Kompleksitas, Ambiguitas), di mana pekerjaan seumur hidup tidak lagi menjadi norma. Hal ini memicu peningkatan pekerjaan kontrak dan gig workers. Menurut Bank Dunia, lebih dari 435 juta pekerja gig ada di dunia, sementara di Indonesia, survei Royono (2025) memperkirakan terdapat 2,3 juta pekerja gig, terutama di sektor transportasi dan jasa berbasis platform.

Survei ILO pada tahun 2023 mencatat bahwa lebih dari 1,4 miliar orang di dunia termasuk dalam kelompok prekariat, sementara di Asia Tenggara, sekitar 60% angkatan kerja berada dalam kondisi rentan. Pekerjaan menjadi semakin tidak pasti, dan banyak yang terjebak dalam pekerjaan sementara tanpa jaminan sosial. Pemerintah saat ini berupaya membuat program-program untuk menciptakan lapangan kerja, seperti Koperasi Desa Merah Putih, replanting perkebunan, Kampung Nelayan Merah Putih, revitalisasi tambak Pantura, modernisasi kapal nelayan, dan MBG. Program-program ini berpotensi menyerap ribuan hingga jutaan pekerja baru.

Aliansi Ekonomi Indonesia menuntut pembatasan pada program seperti MBG dan Koperasi Desa Merah Putih dengan alasan populisme. Namun, menghapus program ini justru akan memperparah keresahan kaum prekariat. Program-program ini seharusnya diperbaiki agar lebih efisien dan akuntabel, bukan dihentikan. Dengan demikian, kita bisa membangun ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta mereduksi ketimpangan sosial.

Dalam menghadapi tantangan ini, kita perlu menemukan jalan tengah antara efisiensi fiskal dan penciptaan lapangan kerja. Pemerintah harus terus mengembangkan program yang bisa menyerap tenaga kerja di kawasan suburban, tempat mayoritas kaum prekariat tinggal. Dengan demikian, energi mereka dapat diubah menjadi kontribusi positif bagi perekonomian.

Menciptakan lapangan kerja bukan hanya soal angka, tetapi juga soal transformasi ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Kita harus berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, sehingga Indonesia bisa tumbuh lebih kuat dan sejahtera.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan