Negara-negara yang Menolak Pengakuan Kemerdekaan Palestina termasuk Amerika Serikat, Israel, dan beberapa negara tetangga Indonesia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Majelis Umum PBB telah melakukan voting yang menghasilkan keputusan untuk mendukung pemberian status merdeka bagi Negara Palestina. Dalam proses tersebut, 142 negara menyetujui resolusi ini, sedangkan 10 negara menolak dan 12 negara memilih untuk abstain.

Menurut situs resmi PBB, pada hari Minggu (14/9/2025), Deklarasi New York merupakan hasil dari konferensi internasional yang diadakan pada bulan Juli di Markas Besar PBB. Konferensi tersebut diinisiasi oleh Prancis dan Arab Saudi.

Sebelum voting, Duta Besar Prancis di PBB, Jérôme Bonnafont, mengingatkan bahwa Deklarasi New York akan menjadi landasan untuk merealisasikan solusi dua negara. Dia menjelaskan bahwa deklarasi tersebut menuntut agar ada gencatan senjata segera di Gaza, pembebasan semua sandera yang masih ditahan di Gaza, serta pembentukan Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.

Peta jalan yang disusun juga menyebutkan tentang pelucutan senjata Hamas dan pengucilan mereka dari pemerintahan di Gaza. Selain itu, deklarasi tersebut juga mencakup normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab, serta jaminan keamanan kolektif.

Tidak lama sebelum voting, Duta Besar Israel, Danny Danon, menyatakan bahwa deklarasi ini tidak akan tercatat sebagai langkah menuju perdamaian. Menurutnya, ini hanya merupakan tanda kosong yang menghambat kredibilitas PBB.

“Hamas adalah pemenang terbesar dari setiap dukungan yang diberikan hari ini,” demikian kata Danon.

Berikut adalah daftar 10 negara yang menolak resolusi yang bernama resmi ‘Deklarasi New York tentang Penyelesaian Damai Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara’:

  1. Argentina
  2. Hungaria
  3. Mikronesia
  4. Nauru
  5. Palau
  6. Papua Nugini
  7. Paraguay
  8. Tonga
  9. Amerika Serikat
  10. Israel

Sedangkan negara-negara yang abstain dalam voting adalah:

  1. Albania
  2. Ceko
  3. Kamerun
  4. Ekuador
  5. Ethiopia
  6. Fiji
  7. Samoa
  8. Guatemala
  9. Makedonia Utara
  10. Moldova
  11. Sudan Selatan
  12. Kongo

Meskipun upaya global untuk mengakhiri krisis di Palestina, pasukan Israel terus melanjutkan serangan di Kota Gaza. Serangan besar-besaran tersebut menghancurkan berbagai bangunan, termasuk sekolah-sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan oleh PBB, dan menewaskan sedikitnya 49 orang.

Menurut laporan Al-Jazeera, Minggu (14/9/2025), serangan tersebut menyebabkan jumlah korban jiwa warga Palestina meningkat menjadi 62 orang selama Sabtu (13/9). Lebih dari 6.000 warga Gaza terpaksa mengungsi akibat pemboman yang terus-menerus. Pasukan Israel telah melancarkan serangan beruntun di Kota Gaza dan menyebarkan selebaran yang meminta warga Palestina yang kelaparan dan takut untuk melarikan diri.

“Warga Kota Gaza kini hidup dalam kondisi yang sangat sulit di bawah pengepungan dan pemboman yang terus-menerus,” ujar Jubir Pertahanan Sipil Palestina, Mahmoud Basal.

Jet tempur Israel menjatuhkan bom setiap 10 hingga 15 menit di tempat tinggal dan fasilitas umum, tanpa memberi peluang bagi warga untuk mengungsi ke tempat yang aman. Meskipun demikian, banyak penduduk tetap tinggal atau bahkan kembali setelah mencoba pindah ke selatan menuju kamp al-Mawasi yang padat dan kekurangan sumber daya. Selain serangan militer, warga Gaza juga harus menghadapi kelaparan.

Serangan Israel ke Gaza diklaim sebagai tindak balas atas serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang. Israel menyatakan bahwa Hamas masih menahan sejumlah sandera di Gaza usai serangan tersebut.

Pengeboman dan serangan militer besar-besaran oleh Israel telah menyebabkan kerusakan parah di Gaza. Korban jiwa akibat serangan Israel di Gaza telah melampaui 64.000 orang, melukai ratusan ribu orang dan menewaskan lebih dari 1 juta warga.

Untuk informasi lebih lanjut, saksikan program detikPagi edisi Senin (15/9/2025). Nikmati menu sarapan informasi khas detikPagi secara langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 08.00-11.00 WIB, di 20.detik.com, YouTube dan TikTok Thecuy.com. Detikers juga bisa berbagi ide, cerita, hingga bertanya melalui kolom live chat.

“Detik Pagi, Jangan Tidur Lagi!”

Studi kasus terkini menunjukkan bahwa situasi di Gaza terus memerlukan perhatian internasional. Analisis terbaru menyarankan bahwa solusi jangka panjang harus mencakup pendekatan holistik, termasuk bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan dan dialog politik yang inklusif. Infografis yang relevan juga menunjukkan dampak humaniter yang signifikan terhadap penduduk Gaza, termasuk kelaparan dan pengungsian massal.

Di tengah ketidakpastian ini, penting untuk tetap berharap pada perdamaian dan keadilan bagi semua pihak. Setiap tindakan harus diambil dengan hati-hati untuk mengurangi kebakaran dan mendorong solusi yang berkelanjutan. Krisis ini mengingatkan kita tentang pentingnya solidaritas global dan tindakan nyata untuk mendukung masyarakat yang terkena dampak. Mari terus mendukung upaya-upaya kemanusiaan dan menggalang dukungan untuk solusi yang adil dan abadi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan