Tokenisasi Aset Dunia Nyata Terprediksi Lebih Bernilai dari Segmen Blockchain Lainnya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Tokenisasi aset dunia nyata diperkirakan akan menjadi salah satu segmen blockchain dengan nilai tertinggi, dengan Boston Consulting Group memprediksi pasar mencapai US$16 triliun pada 2030. Di tingkat lokal, para analis Indonesia menilai potensial tokenisasi RWA di negara ini bisa mencapai US$88 miliar pada tahun yang sama. Perkembangan ini didukung oleh beberapa faktor utama, termasuk populasi yang melampaui 270 juta jiwa, di mana lebih dari setengahnya masih belum memiliki akses layanan keuangan formal, serta pertumbuhan pesat dalam sektor digital seperti dompet elektronik dan pinjaman daring.

Kebutuhan akan infrastruktur digital yang andal membuka berbagai peluang, seperti pinjaman mikro yang terintegrasi dengan teknologi blockchain, kontrak emas digital, sistem pembiayaan rantai pasok yang dapat dilacak, dan layanan remitansi internasional yang lebih efisien. Semua ini sedang dikembangkan dalam kerangka kerja Tokenize Indonesia.

Saat ini, perubahan signifikan terjadi bukan melalui peluncuran token baru atau tren spekulatif, melainkan dari dalam institusi strategis di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia (BRI), Pegadaian, Pos Digi, dan MDI Ventures, yang bersama-sama mewakili kapitalisasi pasar lebih dari US$35 miliar, telah bergabung dalam Tokenize Indonesia untuk mengembangkan use case tokenisasi dan aset dunia nyata masing-masing.

Inisiatif ini, yang diinisiasi oleh Saison Capital, Coinvestasi, dan BRI Ventures (BVI), dirancang sebagai platform eksperimental untuk memfasilitasi institusi dalam menguji kasus penggunaan blockchain yang relevan dengan operasional mereka. Program ini tidak hanya mengejar popularitas, tetapi berfokus pada kolaborasi antara lembaga keuangan tradisional dengan penyedia teknologi blockchain untuk menciptakan solusi yang dapat diterapkan langsung. Program ini mulai berlangsung pada Juli 2025 dan akan diakhiri dengan acara showcase di Coinfest Asia, acara kripto terbesar di dunia yang akan diselenggarakan pada 21-22 Agustus 2025.

Markus Liman Rahardja, Chief Investment Officer BRI Ventures, menyatakan bahwa tujuan utama adalah mendorong kerjasama yang berarti antara institusi keuangan besar dengan mitra teknologi inovatif dan cepat. Dengan menjembatani kedua dunia ini, program ini bertujuan mendorong pertumbuhan berkelanjutan, memperluas inklusi keuangan, dan mempercepat adopsi aset digital di Indonesia.

Tokenize Indonesia juga diharapkan menjadi pintu masuk bagi regulatory sandbox OJK yang akan diluncurkan pada 2025. Ini menunjukkan peralihan strategis Indonesia dari pasar kripto ritel menuju lingkungan uji coba nasional untuk adopsi blockchain di tingkat institusi.

Waktu peluncuran program ini sangat tepat, karena sejak Januari 2025, pengawasan aset digital telah dipindahkan dari Bappebti ke OJK. Perubahan ini diyakini akan mendefinisikan ulang klasifikasi aset digital dan membuka ruang eksperimen berbasis sandbox, memungkinkan inovator fintech dan blockchain untuk menguji model baru di bawah pengawasan regulator. Dengan menyesuaikan diri lebih awal terhadap kerangka ini, Tokenize Indonesia menempatkan pesertanya sebagai pionir dalam lanskap aset digital yang baru.

Ekosistem kripto Indonesia telah menunjukkan potensi besar di level ritel, dengan jumlah pengguna terdaftar naik menjadi 20,9 juta pada 2024 dari 9,9 juta pada 2021, sementara volume transaksi bulanan meningkat dari US$739 juta menjadi US$2,25 miliar. Namun, pertumbuhan ritel yang cepat tetap rentan terhadap volatilitas. Potensi sesungguhnya terletak pada adopsi institusional yang lebih stabil dan sistemik, yang dapat membawa efisiensi dan legitimasi bagi sektor seperti perbankan, logistik, dan telekomunikasi.

Untuk mendukung eksperimen berisiko tinggi ini, program bekerjasama dengan pemain global terkemuka dalam infrastruktur blockchain, termasuk IOTA, Stellar, Ripple, dan Fireblocks. IOTA dikenal dengan jaringan DAG tanpa biaya yang digunakan di proyek logistik dan IoT global, Stellar banyak diadopsi dalam keuangan lintas batas, Ripple memiliki protokol pembayaran yang digunakan oleh lebih dari 100 institusi keuangan di seluruh dunia, dan Fireblocks memastikan keamanan lebih dari US$4 triliun aset digital institusional bagi bank, fintech, dan manajer aset.

Indonesia sedang melangkah maju dalam mengejar adopsi teknologi blockchain, dengan potensi yang besar untuk menghubungkan dunia finansial tradisional dengan inovasi digital. Saat pasar kripto terus berkembang, peran institusi dalam memastikan stabilitas dan legitimasi teknologi ini akan menjadi kunci untuk pertumbuhan jangka panjang ekonomi digital Indonesia.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan