Ketegangan Tingkat di Antara Netanyahu dan Perdana Menteri Spanyol

Ketegangan yang semakin membara terbentuk antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan Pedro Sanchez, PM Spanyol. Dalam perkembangan terbaru, Netanyahu menuduh Sanchez telah mengeluarkan pernyataan yang dinilai sebagai ancaman genosida terhadap Israel, yang membuat pihak Spanyol sangat marah.

Menteri Pertahanan Spanyol, Margarita Robles, menanggapi dengan tegas, mengatakan bahwa Netanyahu tidak berhak mengkritik siapa pun ketika tindakan kejam di Gaza terus berlangsung. Robles berbicara kepada stasiun televisi Antena 3, dengan informasi yang disiarkan oleh AFP pada Sabtu (13/9/2025). Pernyataan itu merupakan tanggapan terhadap tuduhan Netanyahu melalui media sosial X, yang menyebut Sanchez telah mengancam Israel. Ini merupakan salah satu perdebatan terbaru antara kedua negara, yang sudah berlangsung sejak awal pekan ini.

Perdebatan antara Israel dan Spanyol dimulai pada Senin (8/9), ketika Sanchez mengumumkan sembilan langkah untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai “genosida di Gaza”. Langkah tersebut termasuk embargo senjata permanen, larangan impor dari wilayah pendudukan, dan pembatasan masuk ke Spanyol bagi individu yang terlibat dalam perang Gaza.

“Spanyol, seperti yang Anda ketahui, tidak memiliki bom nuklir. Kami juga tidak memiliki kapal induk atau cadangan minyak yang besar. Meski sulit menghentikan serangan Israel, kami tetap akan berusaha,” kata Sanchez dalam pidatonya.

Netanyahu, pada Kamis (11/9) waktu setempat, menanggapi dengan keras. “PM Spanyol Sanchez mengatakan kemarin bahwa Spanyol tidak dapat menghentikan pertempuran Israel melawan teroris Hamas karena ‘Spanyol tidak memiliki senjata nuklir’. Itu merupakan ancaman genosida yang nyata terhadap satu-satunya negara Yahudi di dunia,” ujar Netanyahu.

Beberapa jam kemudian, Kementerian Luar Negeri Spanyol mengecam tuduhan Netanyahu sebagai “palsu dan fitnah”. Mereka menegaskan bahwa rakyat Spanyol adalah sahabat baik rakyat Israel dan Palestina.

Perdebatan ini terjadi saat hubungan antara Spanyol dan Israel sudah memburuk selama bulan-bulan terakhir. Sanchez telah menjadi salah satu pemimpin Eropa yang paling vokal mendukung Palestina dan menyebut perang di Gaza sebagai “genosida”. Pada Mei tahun lalu, Spanyol juga memberikan pengakuan resmi terhadap negara Palestina. Sejak saat itu, Israel tidak lagi memiliki Duta Besar di Madrid. Pada Senin (8/9) waktu setempat, Spanyol menarik kembali Duta Besarnya dari Tel Aviv setelah Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menuduh Madrid melancarkan “kampanye anti-Israel dan antisemitisme”.

Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa konflik antara Israel dan Palestina masih terus menghebohkan dunia internasional. Analisis terkini menunjukkan bahwa tekanan diplomatik terhadap Israel semakin meningkat, terutama dari negara-negara Eropa. Ini menjadikan pihak Netanyahu dalam posisi yang lebih sulit, karena dukungan internasional terhadap Palestina terus berkembang.

Pertempuran di Gaza telah menewaskan ribuan warga sipil dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Situasi semakin rumit dengan adanya tuduhan-tuduhan berpihak dari kedua belah pihak. Hal ini juga mengganggu stabilitas politik di Eropa, di mana berbagai negara mulai mendiskusikan langkah-langkah lebih kuat untuk menghentikan kekerasan.

Perdebatan antara Netanyahu dan Sanchez bukan hanya tentang isu-isu politik, tetapi juga tentang nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Kedua pemimpin harus menemukan jalan keluar dari konflik ini, bukan hanya untuk rakyat mereka, tetapi juga bagi kemajuan dunia internasional. Dalam situasi seperti ini, dialog konstruktif dan tindakan diplomasi yang matang menjadi kunci untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan mencari solusi damai.

Baca juga Berita lainnya di News Page