Kompolnas: Polri Eksistensi dalam Membangun Demokrasi Pasca Reformasi

Komisioner Kompolnas Mohammad Choirul Anam, yang dikenal sebagai Cak Anam, mengemukakan tentang kebutuhan penguatan alat hingga pengawasan terhadap institusi Polri. Menurutnya, upaya perbaikan Polri tidak dimulai dari awal sempurna.

Anam menekankan bahwa hal utama yang perlu diingat adalah semangat pengasar reformasi yang melahirkan kepolisian. Dia menjelaskan bahwa semangat tersebut bertujuan membuat negara lebih demokratis, dengan penegakan hukum yang baik dan keamanan serta ketertiban masyarakat yang optimal. Pernyataan ini disampaikannya kepada wartawan pada hari Sabtu, 13 September 2025.

Cak Anam juga memfokuskan pembicaraannya pada perlindungan kebebasan berekspresi dan berpendapat di ruang digital. Dia merujuk pada demonstrasi besar-besaran pada bulan Agustus sebelumnya, yang dipengaruhi oleh ruang digital yang saat ini sangat luas. “Kita harus memastikan bahwa instrumen yang ada bisa melindungi hak masyarakat, termasuk dalam berpendapat dan berkumpul,” katanya.

Dia juga menilai bahwa tindakan represif terhadap massa harus diperbaiki. Menurutnya, perlu diperiksa apakah tindakan tersebut telah menjadi bagian dari budaya di kepolisian. Jika demikian, hal tersebut perlu diubah. Salah satu cara adalah dengan memperkuat pendidikan dalam kurikulum kepolisian, mencakup haku asasi manusia dan perilaku yang humanis.

Selain itu, Cak Anam juga menyoroti pentingnya pengawasan internal dan eksternal terhadap Polri. Dia mengemukakan bahwa penguatan Kompolnas diperlukan agar pengawasan dapat dilakukan dengan efektif, termasuk mencegah pelanggaran dan memberikan temuan yang dapat mengubah kebijakan.

Menurut Anam, upaya perbaikan telah dilakukan dan sejalan dengan pesan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Namun, dia mengakui bahwa instrumen yang ada masih perlu diperkuat untuk membuat perspektif humanisme dan profesionalitas lebih konkret.

Terobosan lain yang dilakukan Polri adalah digitalisasi pelayanan, termasuk pengaduan masyarakat. Langkah ini membuat Polri lebih terbuka dan mudah diawasi oleh masyarakat, sehingga profesionalitasnya dapat terus meningkat.

Sementara itu, ketika membahas reformasi kepolisian, Cak Anam menambahkan bahwa upaya tersebut bukanlah start dari nol. Ada beberapa jejak yang sudah ada, seperti pelayanan yang baik yang telah dilakukan sebelumnya.

Saat ini, Polri terus berupaya untuk meningkatkan profesionalisme dan humanisme, seperti yang tertuang dalam doktrin mereka. Dengan pengawasan yang lebih kuat dan digitalisasi pelayanan, diharapkan Polri dapat menjadi institusi yang lebih demokratis dan profesional.

Reformasi kepolisian bukanlah proses mudah, tetapi dengan semangat reformasi yang kuat dan upaya kontinu, Polri dapat menjadikan negara lebih demokratis dan aman. Dalam menghadapi tantangan baru seperti ruang digital yang semakin luas, Polri harus terus beradaptasi dan memperkuat instrumen pelindungan hak asasi masyarakat. Dengan demikian, Polri dapat menjadi pemangku kepentingan yang sehat dan efektif dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Perubahan yang signifikan dalam kepolisian tidak hanya tentang perbaikan instrumen, tetapi juga tentang kebiasaan dan budaya internal yang harus diubah. Dengan pendidikan yang tepat dan pengawasan yang kuat, Polri dapat menjadi institusi yang lebih humanis dan professional. Dalam era digitalisasi, Polri harus terus berinovasi untuk tetap relevan dan efektif dalam melayani masyarakat. Dengan demikian, Polri dapat menjadi pembela hukum dan keadilan yang sebenarnya.

Baca juga Berita lainnya di News Page