UE Ajukan Penetapan Tarif Tinggi bagi India dan China atas Pembelian Minyak dari Rusia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Amerika Serikat (AS) mendorong Uni Eropa dan anggota G7 (termasuk AS, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Kanada) untuk menerapkan tarif yang tinggi terhadap China dan India. Tindakan ini bertujuan sebagai sanksi tambahan terhadap Rusia karena konfliknya di Ukraina.

Menurut laporan Reuters pada Sabtu (13/9/2025), AS mengajak sekutu-sekutunya untuk ikut memberikan sanksi kepada negara-negara yang masih membeli minyak Rusia, yakni China dan India. Menurut pemahaman AS, pembelian minyak tersebut memberikan dana kepada Rusia untuk melanjutkan perang di Ukraina.

Dalam pertemuan telepon pada Jumat (12/9) yang lalu, para menteri keuangan G7 dibawah pimpinan Menteri Keuangan Kanada, Francois-Philippe Champagne, membahas sanksi lebih lanjut terhadap Rusia serta kemungkinan tarif untuk negara pendukung Rusia.

Dalam pernyataan resmi, pemerintah Kanada menyatakan bahwa para menteri setuju untuk mempercepat diskusi penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk mendanai pertahanan Ukraina. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan berbagai langkah ekonomi seperti sanksi tambahan dan tarif perdagangan terhadap pihak-pihak yang mengizinkan Rusia melanjutkan perang.

Selama rapat itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent meminta para menteri untuk ikut mengimplementasikan tarif terhadap negara pembeli minyak Rusia.

“Hanya dengan upaya serentak yang memotong aliran dana ke mesin perang Putin, kita bisa memberikan tekanan ekonomi yang efektif untuk mengakhiri kekerasan yang tak masuk akal ini,” ucap Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dalam pernyataan terpisah.

Menurut pernyataan bersama, Bessent dan Greer menyambut baik komitmen yang ada untuk memperkuat sanksi dan mengeksplorasi penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk mendukung pertahanan Ukraina.

Pernyataan tambahan menjelaskan bahwa Presiden Donald Trump sebelumnya telah menetapkan tarif tambahan sebesar 25% pada impor dari India untuk menekan negara tersebut agar berhenti membeli minyak mentah Rusia. Dengan tambahan tarif ini, bea masuk pada produk India menjadi 50%, yang memperburuk negosiasi perdagangan antara kedua negara.

Namun, Trump menahan diri dari tarif tambahan pada impor China karena pemerintahannya saat ini sedang menjalani gencatan senjata perdagangan yang rumit dengan Beijing.

Tindakan ini menunjukkan komitmen AS untuk mengendalikan aliran dana ke Rusia, tetapi juga menunjukkan kompleksitas dalam menangani hubungan perdagangan dengan China. Persaingan geopolitik dan ekonomi antara AS, Rusia, China, dan India menjadi semakin rumit, dengan berbagai negara berupaya untuk mengejar keuntungan strategis di tengah-tengah konflik global.

Dari situ, terlihat bahwa strategi ekonomi dapat menjadi senjata kuat dalam perang diplomasi. Langkah-langkah seperti tarif impor dan sanksi memang bisa memberi tekanan, tetapi juga membawa konsekuensi bagi hubungan bilateral. Sebagai pembaca, kita bisa memahami bahwa dunia saat ini tidak hanya tentang pertarungan senjata, tetapi juga tentang pertarungan ekonomi yang bisa menentukan kemenangan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan