26 kilang minyak global dihadapkan pada potensi penutupan hingga tahun 2030 menurut perkiraan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menurut sumber yang diperoleh, hingga tahun 2030, diperkirakan ada 26 kilang minyak di seluruh dunia yang akan ditutup. Dari jumlah tersebut, sembilan kilang sudah dinonaktifkan pada tahun 2024 dan terletak di Amerika Serikat, Eropa, serta Asia. Sementara itu, 17 kilang lainnya yang beroperasi di Afrika, Eropa, dan Asia diharapkan akan berhenti beroperasi menjelang 2030. Penutupan ini dipicu oleh kondisi oversupply dan margin keuntungan yang tipis, yang menimbulkan tantangan serius bagi industri kilang minyak.

Di Indonesia, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Yuliot Tanjung, menyatakan bahwa kondisi tersebut belum terjadi di negara ini. Hal ini disebabkan oleh permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri yang masih sangat tinggi, mencapai sekitar 1,5 juta barel per hari. Permintaan ini diisi oleh produksi dalam negeri dan impor. Yuliot menambahkan bahwa optimasi penggunaan kilang domestik masih menjadi prioritas. Pernyataan ini disampaikan saat bertemu di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, pada Jumat, 12 September 2025.

Menurut Yuliot, penutupan kilang di berbagai negara dikatakan sejalan dengan transisi energi global. Sebagai contoh, di China, lebih dari 50% kendaraan saat ini sudah menggunakan energi listrik. Perubahan ini memengaruhi industri kilang minyak secara global.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, mengungkapkan bahwa oversupply minyak dunia yang menyebabkan penurunan harga mempengaruhi kinerja keuangan Pertamina. Namun, kondisi ini tidak hanya dialami oleh perusahaan energi nasional, tetapi juga perusahaan internasional. Pada rapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis, 11 September 2025, Oki menjelaskan bahwa penutupan kilang di berbagai negara seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Australia menjadi tantangan bagi industri energi dunia, termasuk Pertamina.

Gagasan untuk mengoptimalkan kilang domestik menjadi depan yang penting bagi Indonesia, karena permintaan BBM tetap tinggi. Transisi energi global juga harus dipertimbangkan untuk memastikan industri energi berkembang sesuai dengan tren masa depan. Dengan demikian, industri minyak dan gas di Indonesia perlu beradaptasi dengan serta-merta untuk menghindari tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang baru yang muncul.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam industri energi global, dengan sumber daya alam yang melimpah dan inovasi teknologi yang terus berkembang. Dalam menghadapi tantangan penutupan kilang di berbagai belahan dunia, negara kita harus memperkuat kolaborasi internasional, investasi teknologi hijau, dan strategi bisnis yang adaptif. Dengan visi yang jelas dan komitmen untuk berinovasi, Indonesia dapat menanamkan kedudukannya sebagai pemimpin dalam transisi energi yang berkelanjutan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan