Penanganan Banjir di Bali Dituntut Cepat oleh Komisi V DPR

Ketua Komisi V DPR, Lasarus, menegaskan pentingnya pemerintah segera mengatasi banjir parah yang melanda beberapa wilayah Bali. Ia menambahkan bahwa Zustandek Bali sebagai destinasi wisata internasional membuat dunia akan memantau bagaimana Indonesia menangani bencana ini.

“Pemerintah harus prioritaskan penanganan darurat bencana dulu, kemudian setelah situasi darurat dikendalikan, baru dilanjutkan dengan pemulihan pascabencana,” ujar Lasarus kepada wartawan pada hari Jumat (12/9/2025).

Lasarus juga menyarankan pemerintah untuk merencanakan dengan seksama langkah-langkah pemulihan pascabencana, termasuk perbaikan infrastruktur. Menurutnya, hal ini penting untuk memastikan kenyamanan warga lokal dan wisatawan, baik domestik maupun asing.

“Bali adalah destinasi wisata utama di Indonesia. Di sana terdapat banyak wisatawan dari luar negeri, sehingga Indonesia harus cepat menanggulangi masalah ini untuk memastikan kenyamanan seluruh warga dan pengunjung,” katanya.

Lasarus memperingatkan bahwa korban banjir tidak hanya warga lokal, tetapi juga bisa melibatkan wisatawan asing. “Bali sebagai destinasi wisata pasti akan membuat negara lain menilai bagaimana Indonesia menangani bencana seperti ini,” tambahnya.

Selain itu, ia juga mendorong Basarnas dan BNPB untuk serius dalam menangani bencana darurat. Lasarus juga meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk segera memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat banjir.

“Banyak instansi yang terlibat dalam penanganan bencana. Untuk darurat, Basarnas dan BNPB yang bertanggung jawab. Sedangkan pemulihan infrastruktur akan dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan,” jelasnya.

Banjir besar telah melanda beberapa daerah di Bali sejak Rabu kemarin. Gubernur Bali, Wayan Koster, membantah bahwa banjir di Kota Denpasar disebabkan oleh alih fungsi lahan. Menurutnya, alih fungsi lahan lebih sering terjadi di wilayah Badung dan Gianyar.

“Alih fungsi lahan terjadi di Badung, terutama di Kuta Utara. Denpasar jauh dari situ,” ujar Koster saat ditemui di lokasi pembongkaran ruko terdampak banjir di Jalan Sulawesi, Denpasar, Kamis (11/9).

Koster menegaskan bahwa banjir di Denpasar terjadi karena wilayah tersebut berada di hilir Sungai Badung. Sampai saat ini, tercatat ada 14 orang tewas, 2 warga hilang, dan 562 warga terpaksa mengungsi.

Bencana banjir di Bali mengingatkan kita akan pentingnya persiapan dan mitigasi bencana. Pemerintah harus dapat merespon dengan cepat dan efektif, terutama di daerah destinasi wisata seperti Bali. Penanganan yang baik tidak hanya untuk melindungi warga lokal, tetapi juga untuk menjaga reputasi Indonesia sebagai tujuan wisata yang aman dan siap menghadapi perubahan iklim.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam di seluruh dunia. Ini memerlukan upaya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi internasional untuk meningkatkan sistem peringatan dini dan infrastruktur tangguh. Studi kasus di negara-negara lain, seperti Jepang dan Belanda, menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur tangguh dan manajemen risiko bencana dapat mengurangi dampak negatif bencana secara signifikan.

Kesimpulan
Bencana banjir di Bali bukan hanya tentang kerusakan material, tetapi juga tentang kebersamaan dan tanggung jawab. Setiap warga, baik lokal maupun wisatawan, berhak merasakan keamanan. Indonesia harus lebih siap menghadapi tantangan perubahan iklim dengan strategi yang holistik dan kolaboratif. Mari kita belajar dari pengalamannya dan bangun kembali Bali dengan lebih kuat dan tangguh. Bersama-sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page