Bantuan Seribu Buku, Kepala Perpusnas RI Menegaskan Peran Penting Kolaborasi dalam Pengembangan Literasi di Tasikmalaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Tasikmalaya menjadi sorotan setelah tingkat literasi warganya masih berada di level sedang, tepatnya pada angka 72. Hal ini diungkap dalam ajang Pemberdayaan Perpustakaan yang diikuti Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., di Aula Bale Kota Tasikmalaya, Kamis (11/9/2025).

Pemimpin Perpusnas menggarisbawahi bahwa keterbatasan literasi tidak hanya disebabkan oleh jumlah buku yang terbatas. Justru, masalahnya juga terlihat dari koordinasi antara perpustakaan desa, sekolah, madrasah, perguruan tinggi, dan taman bacaan masyarakat (TBM) yang tidak maksimal.

“Seperti kacang atom, jangan sampai individualistik. Justru harus bersatu. Forum ini kita jadikan media untuk mengukuhkan kolaborasi. Kalau masing-masing bekerja sendiri, hasilnya kecil, tapi jika kerja sama, gelombangnya akan besar,” ungkap Aminudin.

Data tertuang dalam diskusi tersebut menunjukan bahwa Perpusnas tidak dapat menanggung semua kebutuhan sendirian. “Kami hanya memberikan stimulan. Sisa tanggung jawab pemerintah daerah. Namun, kami tetap akan berusaha memberikan fasilitas yang diperlukan sesuai kemampuan kami,” tegasnya.

Selain itu, kunjungan Aminudin juga diiringi oleh penyerahan seribu buku baru untuk Kampung Literasi dan Sadar Tertib Arsip (Kalista) di Kecamatan Cibeureum, yang telah menunjukkan aktivitas positif tanpa bantuan sebelumnya.

“Perpustakaan seperti macan yang sedang tidur, jangan terlalu lama diam. Kalau disentuh, ayo berbagai pihak bergerak bersama agar bisa berdampak nyata,” himbau Aminudin.

Namun, di luar semangat kerja sama, data dari Perpustakaan Umum Daerah (PUD) Kota Tasikmalaya mengungkapkan tantangan yang masih besar. Dari 597.925 koleksi buku yang ada, masih ada kekurangan 885.595 judul untuk memenuhi standar nasional. Artinya, setiap koleksi harus dipakai oleh 1.722.975 jiwa, angka yang jauh dari ideal.

Satu poin yang paling menarik perhatian adalah keterlibatan masyarakat yang minim. Dari 741.760 jiwa penduduk, hanya 525 orang atau kurang dari 0,01 persen yang tercatat berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi dan pemanfaatan perpustakaan. Padahal, standar minimal menuntut partisiipasi ribuan warga.

Pustaka daerah pun masih terbatas: 29.946 judul cetak (55.858 eksemplar) ditambah 1.000 koleksi digital. Jumlah pengunjung per tahun hanya mencapai 20.741 orang, rata-rata 72 orang sehari. Angka tersebut sangat kontras dengan jumlah penduduk kota.

Studi terkini dari Lembaga Penelitian Pendidikan (LPP) menunjukkan bahwa kota-kota dengan kolaborasi antarlembaga pendidikan serta fasilitas perpustakaan yang lengkap menunjukkan peningkatan literasi hingga 30 persen dalam waktu lima tahun. Kasus sukses seperti ini dapat menjadi teladan untuk Kota Tasikmalaya dalam merencanakan pembangunan kembali sistem perpustakaan dan literasi.

Masyarakat bisa menjadi bagian dari perubahan dengan mengakses lebih sering perpustakaan, sambil mengikuti kegiatan pengayaan ilmu yang diselenggarakan. Buku-buku modern dan digital yang tersedia di perpustakaan bisa menjadi pintu gerbang untuk generasi muda mengeksplorasi pengetahuan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan