Pencatatan Penerimaan Bea Cukai Capai Rp 171 Triliun, 56,7% dari Target

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Realisasi penerimaan bea dan cukai hingga Juli 2025 yang dicatat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencapai angka Rp 171,07 triliun. Angka ini mencakup 56,7% dari target yang ditetapkan dalam APBN dan menunjukkan pertumbuhan sebesar 10,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Djaka Budhi Utama, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, menjelaskan bahwa pertumbuhan ini didukung oleh kenaikan penerimaan bea keluar dan cukai, meskipun penerimaan bea masuk mengalami kontraksi.

Detailnya, penerimaan bea masuk terkini berada di angka Rp 28,04 triliun, mengalami penurunan sebesar 3,3% tahunan (yoy). Penurunan ini dikaitkan dengan kebijakan yang bertujuan mendukung ketahanan pangan di dalam negeri, yang juga berhubungan dengan upaya swasembada dan perubahan dinamika perdagangan dunia.

Di sisi lain, penerimaan bea keluar meroket naik 74,54%, mencapai Rp 16,18 triliun. Kenaikan yang signifikan ini dipengaruhi oleh harga rata-rata CPO yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dan relaksasi dalam ekspor tembaga kepada PT Freeport Indonesia.

Sementara itu, penerimaan cukai berhasil mencapai Rp 126,85 triliun, naik 9,26%. Peningkatan ini didorong oleh penyesuaian kebijakan penundaan dari 3 bulan menjadi 2 bulan, meskipun produksi cukai hasil tembakau (CHT) mengalami penurunan 3,3%. Upaya tambahan untuk meningkatkan penerimaan juga dilaksanakan melalui penerbitan notul, monev fasilitas, penolakan keberatan, penelitian ulang, audit, sanksi, ultimum remedium, dan penagihan juru sita, menghasilkan tambahan Rp 2,48 triliun hingga Juli 2025.

Ada studi yang menunjukkan bahwa kebijakan yang mendukung swasembada pangan tidak hanya mengurangi penerimaan bea masuk, tetapi juga mendorong pertumbuhan sektor pertanian domestik. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan pemerintah dalam sector perdagangan internasional memiliki dampak yang luas bagi perekonomian nasional.

Peningkatan penerimaan bea keluar yang signifikan menunjukkan bahwa industri ekspor, khususnya dalam produk seperti CPO dan tembaga, memiliki potensi yang besar. Ini juga mengindikasikan bahwa relaksasi dalam regulasi ekspor dapat membawa manfaat ekonomis yang signifikan.

Terbaru, beberapa analis meramalkan bahwa dengan peningkatan ini, pemerintah dapat lebih giat dalam mengoptimalkan penerimaan pajak untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan program sosial. Namun, diperlukan penyesuaian kebijakan yang lebih baik untuk memastikan bahwa pertumbuhan ini dapat berlanjut di tahun-tahun berikutnya.

Ketika memandang ke depan, pemerintah harus terus fokus pada optimasi penerimaan pajak melalui kebijakan yang tepat dan upaya penyempurnaan sistem. Dengan demikian, akan lebih mudah mencapai target APBN dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan