Tokoh Muda Kota Tasikmalaya Butuhkan Penataan, Bukan Penertiban

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kompleks Olahraga Dadaha kembali menjadi perhatian masyarakat. Tempat olahraga ini, yang juga merupakan ruang publik favorit warga Tasikmalaya, kini dihadapkan pada berbagai tantangan. Antara lain, masalah pedagang kaki lima, parkir liar, hingga akses jalan yang tidak teratur.

Anton Suherlan, Ketua KONI Kota Tasikmalaya, mengakui bahwa situasi tersebut sering mengganggu aktivitas masyarakat dan atlet. Padahal, Dadaha tidak hanya digunakan untuk olahraga dan rekreasi, tetapi juga menjadi lokasi berbagai acara besar.

“Konsep sport industri sudah hadir di Dadaha. Selain kegiatan olahraga, kuliner juga menjadi bagian dari pengalaman di sini. Namun, pengaturan yang baik dari pemerintah diperlukan. Hal ini agar kegiatan olahraga, rekreasi, dan kuliner tidak saling bentrok,” kata Anton kepada Radar, Selasa (9/9/2025).

Anton juga menyarankan agar pemerintah menyediakan ruang khusus untuk UMKM olahraga, seperti untuk penjualan merchandise atau perlengkapan olahraga. Selain itu, usaha kecil yang berjualan di sekitar Dadaha juga perlu dipertimbangkan.

“Kami mendukung rencana Pemkot untuk menata pusat ini. Namun, harus ada solusi bagi para pendapatan yang bergantung pada kegiatan di tempat tersebut,” katanya dengan tegas.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Sekretaris KNPI Kota Tasikmalaya, Arief A Rohman. Menurutnya, pemuda yang aktif di Dadaha berharap kondisi tempat olahraga dan ruang publik tersebut lebih teratur, terutama saat jam-jam sibuk.

“Kehadiran pemerintah yang minimal di Dadaha membuat akses masyarakat menjadi acak. Tidak berarti larangan total untuk berjualan, tetapi harus ada aturan yang jelas agar tidak mengganggu kegiatan lain. Dadaha adalah milik bersama,” tegas Arief.

Arief menambahkan bahwa relokasi atau penyusunan pedagang menjadi solusi utama.

“Jangan hanya menertibkan saja. Usaha mereka harus tetap berjalan dan bahkan bisa lebih menarik jika diatur dengan baik,” katanya.

Sementara itu, Bode Riswandi, Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya, menilai bahwa penataan Dadaha harus dilakukan dengan pendekatan yang berfokus pada kepentingan manusia. Menurutnya, kondisi seperti lalu lintas semrawut, padatnya pejalan kaki, dan kerusakan estetika tidak bisa dibiarkan terus berlanjut.

“Penataan ini tentang kepentingan manusia. Jangan ragu untuk melibatkan ahli tata ruang, tata kota, maupun sosiolog. Karena ini soal mengatur manusia dengan manusia. Dadaha adalah pusat olahraga dan rekreasi, jadi kenyamanan masyarakat harus menjadi prioritas,” ungkap Bode.

Kompleks Olahraga Dadaha memiliki potensi besar bagi masyarakat Tasikmalaya. Dengan pengaturan yang tepat, tempat ini dapat menjadi ruang yang lebih nyaman, ramah, dan produktif bagi semua warga.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan