Trump Kecewa Akibat Serangan Israel ke Doha

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyatakan ketidaknya ia tidak diinformasikan terlebih dahulu tentang serangan militer Israel yang menargetkan Doha, Qatar. Trump mengungkapkan kesalannya atas kejadian tersebut.

Dalam wawancara dengan AFP pada Rabu (10/9/2025), ia mengungkapkan bahwa meskipun ia ingin para tawanan Israel yang disandikan Hamas dikembalikan, ia tidak merasa puas dengan aksi militer yang dilakukan. “Kami ingin para sandera kembali, tetapi tidak senang dengan bagaimana situasi hari ini berkembang,” katasya.

Sementara itu, Gedung Putih telah mengonfirmasi bahwa Israel telah memberikan pemberitahuan sebelumnya kepada pemerintah AS sebelum melancarkan serangan tersebut. “Kami telah diberitahu secara terstruktur,” ujar seorang pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya kepada AFP, Selasa (9/9).

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjelaskan bahwa operasi militer tersebut dilakukan dengan kemandirian penuh oleh Israel. “Tindakan hari ini terhadap para pemimpin Hamas adalah operasi yang sepenuhnya bebas dari campur tangan dan tanggung jawab Israel,” tegasnya dalam pernyataan yang disiarkan melalui media sosial, seperti dilaporkan Aljazeera, Selasa (9/9).

Militer Israel telah menembaki ibu kota Qatar, Doha, dengan alasan menargetkan para pemimpin senior Hamas yang berada di kota tersebut, tempat markas organisasi Palestina tersebut. “IDF dan ISA telah melaksanakan serangan yang presisi terhadap para pemimpin senior grup teroris Hamas,” ungkap pihak militer Israel kepada AFP, Selasa (9/9).

Pihak Israel juga mengulas bahwa serangan ini merupakan tanggapan terhadap serangan pembantaian yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023 di wilayah Israel. Aksi militer ini diklaim sebagai upaya untuk mengakhiri ancaman yang terus berlangsung.

Terbaru, sebuah analisis menunjukan bahwa serangan seperti ini sering memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Diplomasi seperti ini menjadi kunci untuk menjaga stabilitas di Timur Tengah. Studi kasus sebelumnya menunjukkan bahwa intervensi militer tanpa koordinasi internasional sering kali menambah ketidakstabilan. Seperti yang dikutip dari laporan Center for Strategic and International Studies, konflik seperti ini membutuhkan peran mediator yang kuat untuk mencegah eskalasinya.

Meskipun situasi saat ini masih rumit, penting bagi seluruh pihak untuk berusaha mencari jalan damai. Konflik seperti ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga merusak kemajuan yang telah dicapai dalam upaya perdamaian. Banjir informasi yang tidak akurat sering kali menyulitkan usaha diplomasi. Oleh karena itu, transparansi dan komunikasi yang jelas menjadi kunci untuk menghindari kesalahpahaman dan menurunkan tekanan di wilayah tersebut.

Aksinya sebenarnya lebih dari sekadar geopolitik, melainkan tentang kepentingan manusia yang terancam. Bakteri kebencian dan ketidakpercayaan harus diatasi dengan kebijakan yang bijaksana.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan