Nelayan Dadan dari Kabupaten Tasikmalaya Hidup di Rumah yang Hampir Roboh Bersama Keluarganya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Kampung Sukamenak RT 003 RW 001, Desa Cimanuk, Kecamatan Cikalong, Tasikmalaya, terdapat sebuah rumah tua yang tampak gerobak. Atapnya sudah miring, memberikan kesan bahwa bangunan tersebut bisa runtuh kapan saja.

Didalam rumah itu, Dadan (30 tahun) hidup bersama istrinya dan dua anak. Kehidupan mereka terbilang sulit, dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Dadan bekerja sebagai nelayan, sementara anak pertamanya masih sekolah dasar dan anak kedua masih balita.

Istrinya sempat mencoba nekat untuk merantau ke Jakarta sebagai pekerja rumah tangga. Namun, upaya itu tidak berlangsung lama. “Ya, istrinya pernah bekerja di Jakarta sebagai PRT, tapi sudah kembali ke kampung,” cerita Jajang, Ketua Nelayan Cimanuk dan juga tetangga Dadan.

Menurut tetangga, Dadan dikenal sebagai pria sederhana yang tetap berusaha walaupun kondisi ekonomi keluarga tidak memadai. Ia selalu melaut setiap cuaca cerah, menggunakan perahu yang mesinnya berasal dari bantuan pemerintah Kabupaten Tasikmalaya.

Namun, hasil tangkapan ikan seringkali tidak mencukupi biaya operasional. “Seringkali rugi, jika Dadan melaut selama tiga hari, biaya operasionalnya mencapai Rp 700 ribu untuk tiga hari tiga malam, sementara hasil penjualan ikan hanya Rp 500 ribu,” ungkap Jajang.

Rumah Dadan pun semakin tua dan rusak parah. Genting atapnya terlihat hampir runtuh. Jajang mengungkapkan bahwa rumah itu pernah direhabilitasi, tetapi karena kondisi keuangan yang tidak stabil, bahan-bahan yang sudah disiapkan terpaksa dijual lagi.

“Sebenarnya rumahnya pernah direnovasi, tapi karena ekonomi Dadan tidak stabil, bahan seperti bata harus dijual kembali untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” jelas Jajang.

Sampai saat ini, Dadan belum mampu mengumpulkan uang untuk memperbaiki rumahnya. Bantuan yang diterimanya hanya beras dari program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). “Ya, bantuan utama yang diterima keluarga Dadan hanya beras dari BPNT. Dari situ, kondisinya layak untuk diperhatikan lebih,” tambah Jajang.

Peningkatan kondisi nelayan di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa sekitar 40% nelayan tradisional masih mengalami kesulitan finansial. Program pembangunan infrastruktur nelayan dan pelatihan pengelolaan keuangan perlu diperkuat untuk meningkatkan daya tangan nelayan seperti Dadan.

Kondisi rumah yang rusak dan keterbatasan pendapatan nelayan tradisional menjadi masalah sosial yang memerlukan perhatian. Keadaan ini mengingatkan pada pentingnya dukungan pemerintah dan masyarakat untuk membantu kelompok rentan seperti nelayan. Upaya terhadap pemulihan rumah dan pelatihan keterampilan bisnis bagi nelayan dapat menjadi langkah awal.

Memperkuat jaring pembagian bantuan sosial dan kemitraan dengan pihak swasta juga dapat memberikan dampak positif. Pelatihan manajemen keuangan dan akses modal usaha akan membantu nelayan mengelola keuangan dengan lebih baik. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi kemiskinan.

Kasus Dadan coret coret memotivasi kita untuk bekerja lebih keras dalam memerangi kemiskinan dan memperbaiki infrastruktur dalam negeri. Dengan dukungan yang tepat, nelayan seperti Dadan bisa mempertahankan hidup dengan lebih layak. Mari kita berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan