Dunia Mendukung Pengakuan Negara Palestina, AS Bertekad Tidak Mengikuti

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Negara-negara Barat dan sekutunya mulai menyatakan siapnya mereka untuk mengakui Palestina tengah menghadapi genosida yang tidak berhenti. Dukungan ini dianggap sebagai langkah diplomasi baru, tetapi mendapat penolakan keras dari Israel dan Amerika Serikat.

Dalam sebuah konferensi internasional di New York bulan Juli yang dipimpin bersama Prancis dan Arab Saudi, menteri luar negeri dari 15 negara Barat mengakui Palestina. Ini merupakan upaya untuk menghidupkan kembali solusi dua negara antara Israel dan Palestina. “Di New York, bersama 14 negara lainnya, Prancis mengeluarkan pengakuan bersama: kami menyatakan niat kami untuk mengakui Negara Palestina dan mengundang yang belum melakukannya untuk bergabung,” tulis menteri luar negeri Prancis Jean-Noel Barrot di X, seperti dilansir AFP, Rabu (30/7/2025).

Pernyataan bersama tersebut yang ditandatangani 15 negara, termasuk Spanyol, Norwegia, dan Finlandia, menguatkan “komitmen mereka terhadap visi solusi dua negara.” Sementara 9 negara lain yang belum mengakui Palestina, seperti Australia, Kanada, dan Selandia Baru, menunjukkan kesediaan atau pertimbangan positif untuk melakukan pengakuan.

Dukungan semakin kuat ketika Belgia menyatakan niat mengakui Palestina, mengikuti langkah Prancis, Inggris, dan Kanada. “Palestina akan diakui oleh Belgia di sidang PBB! Dan sanksi tegas sedang dijatuhkan terhadap pemerintah Israel,” tulis menteri luar negeri Belgia Maxime Prevot di X, Selasa (2/9/2025).

Namun, tidak semua negara Eropa berbuat demikian. Jerman, misalnya, belum berencana memberikan pengakuan segala saatnya. Alasan Berlin adalah pengakuan sepihak dikhawatirkan mengganggu proses perdamaian yang sedang berlangsung.

AS menegaskan tidak akan mendukung adanya negara Palestina yang diakui resmi. Menlu AS Marco Rubio mengkritik Prancis dan negara lain yang berencana mengakui Palestina. Ia menegaskan tidak akan ada negara Palestina. “Apa yang Anda lihat dengan Tepi Barat dan aneksasinya, itu bukan hal yang final, tetapi sedang dibahas oleh beberapa elemen politik Israel. Saya tidak memberikan pendapat tentang itu hari ini,” kata Rubio kepada wartawan di Ekuador.

Rubio juga menekankan bahwa pengakuan Palestina tidak akan terjadi melalui konferensi pers atau keinginan negara lain. “Kami memberi tahu mereka bahwa tindakan seperti itu akan mempersulit gencatan senjata,” tambahnya. Ia juga menyalahkan dukungan terhadap Otoritas Palestina di Tepi Barat menguatkan Hamas di Gaza.

PM Israel Benjamin Netanyahu menentang keras rencana pengakuan Palestina. Ia menyebut pengakuan sepihak tersebut akan memperburuk situasi. Netanyahu khususnya mengecam Presiden Prancis Macron, menyebut pengakuan itu sebagai provokasi. “Seruan Anda untuk negara Palestina justru mengobarkan api antisemitisme ini. Ini bukan diplomasi, melainkan upaya peredaan,” tulis Netanyahu, seperti dilansir AFP, Selasa (19/8/2025).

Kecaman juga ditujukan kepada PM Belgia, dengan Netanyahu menyebut kelemahan politik sebagai alasannya. “Perdana Menteri Belgia de Wever adalah pemimpin lemah yang berusaha memenuhi tuntutan terorisme Islam dengan mengorbankan Israel,” kata Netanyahu, seperti dilansir AFP, Kamis (4/9/2025).

Kebijakan pengakuan Palestina oleh negara-negara Barat telah mendorong dinamis politik internasional. Sementara dukungan untuk solusi dua negara terus berkembang, reaksi keras dari Israel dan AS menunjukkan ketidaksetujuan yang mendalam. Netanyahu mengaitkan pengakuan sepihak dengan kenaikan antisemitisme dan kegagalan diplomasi. Di sisi lain, negara-negara pendukung menganggap ini langkah penting menuju perdamaian. Perdebatan ini tidak hanya tentang pengakuan, tetapi juga mengenai masa depan Tepi Barat dan stabilitas regional. Masih banyak tantangan di depan, tetapi setiap langkah diplomasi ini menjadi titik balik bagi masyarakat internasional dalam mencari jalan damai yang berkeadilan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan