Beras di Toko Terbilang Langka dan Mahal Meski Ada Stok Melimpah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Badan Pangan dan Nasional (Bapanas) mengulas kenaikan harga beras yang signifikan, bahkan muncul kasus kelangkaan di toko ritel. Hal ini terjadi meski stok beras milik pemerintah terus bertambah. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan akan melakukan verifikasi langsung di lapangan untuk memastikan kestabilan harga. Ia menambahkan bahwa produksi beras di tahun ini cukup tinggi, dengan data BPS mencatat angka 31,04 juta ton pada periode Januari-Oktober. Proyeksi produksi beras untuk 2025 juga ditargetkan mencapai 33,93 juta ton.

“Jika produksi beras banyak, logikanya harga beras seharusnya turun. Oleh karena itu, saya akan melakukan pengecekan di lapangan untuk memastikan situasi sebenarnya,” katanya saat ditemui di Gedung DPR RI, Kamis (4/9/2025). Arief juga menanyakan apakah harga gabah saat ini di atas Rp 7.000, Rp 7.400, atau Rp 7.800, dan apakah hal ini menunjukkan peningkatan atau penurunan stok.

Mengulas tentang stok beras yang kosong di ritel modern, Arief menyatakan bahwa beberapa perusahaan pemasok beras yang biasanya mengirimkan produk ke supermarket telah berhenti produksi. Hal ini menjadikan rak-rak supermarket kosong, meskipun tidak mengejutkan. Sehubungan dengan itu, pemerintah telah mengganti pemasok beras ke ritel, meskipun prosesnya memerlukan waktu. Arief memastikan bahwa stok beras di toko ritel sudah kembali terisi.

Bapanas juga telah meminta Perum Bulog untuk mempercepat penyaluran beras dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Hal ini dilakukan karena beberapa toko ritel masih mengalami kekosongan stok beras SPHP. Arief menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan dana untuk penyaluran beras dari gudang Bulog melalui program bantuan pangan dan SPHP. Dalam dua bulan terakhir, Bulog telah menyalurkan 360 ribu ton beras untuk bantuan pangan dan 120 ribu ton beras SPHP. Penyaluran SPHP terus berlangsung dan sudah mencapai berbagai outlet, termasuk ritel, BUMN pangan, dan supermarket.

Saat ini, penyaluran beras SPHP berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebelumnya, beras dengan kemasan 50 kg dilepas langsung ke penggilingan, tetapi sekarang beras 5 kg langsung dibagikan ke outlet mitra Bulog. Perubahan ini berdasarkan evaluasi BPK yang mengungkapkan potensi penipuan. Arief menjelaskan bahwa Bulog saat ini mampu menyalurkan 5.500-6.000 ton beras SPHP per hari. Namun, untuk mencapai target 10 ribu ton per hari yang ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, proses produksi masih memerlukan waktu.

“Jika sebelumnya tidak memproduksi, kemudian harus memproduksi dalam waktu singkat, pasti membutuhkan waktu untuk menghidupkan kembali mesin,” kata Arief. Ia juga menjelaskan bahwa distribusi 480 ribu ton beras membutuhkan ratusan truk dalam dua bulan.

Data Riset Terbaru

Menurut laporan terbaru dari Lembaga Riset Pangan, kenaikan harga beras di tahun ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk fluktuasi harga gabah, ketergangguan distribusi, dan kenaikan biaya logistik. Studi ini juga menunjukkan bahwa penyaluran beras melalui sistem SPHP efektif dalam menjaga stabilitas harga, meskipun masih memerlukan perbaikan dalam proses distribusi.

Analisis Unik dan Simplifikasi

Kenaikan harga beras meskipun produksi tinggi menunjukkan adanya masalah dalam rantai pasokan. Perubahan sistem distribusi SPHP yang lebih transparan dapat membantu mengurangi praktik penipuan dan memastikan beras mencapai konsumen dengan harga terjangkau. Pemerintah perlu terus memantau dan memastikan efisiensi dalam penyaluran beras agar harga tetap stabil.

Kesimpulan

Kenaikan harga beras yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa adanya kendala dalam distribusi yang perlu ditangani dengan serius. Dengan meningkatkan efisiensi penyaluran dan memastikan transparansi dalam proses distribusi, pemerintah dapat menjaga kestabilan harga beras dan memastikan akses beras untuk semua masyarakat.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan