Penampakan Oknum TNI Menembak Warga yang Akibatnya Meninggal di Jayapura

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Jayapura, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Papua, Kombes Ahmad Fauzi, telah menghantarkan seorang prajurit TNI Angkatan Darat (TNI AD) yang terlibat dalam insiden penembakan warga sipil, yang berakhir dengan kematian korban, kepada Polisi Militer Kodam XVII Cenderawasih. Dalam prosedur tersebut, berbagai barang bukti juga diserahkan, termasuk satu unit mobil dengan nomor polisi PA-1790-AV, satu senjata api militer, tujuh butir amunisi, serta bukti lainnya.

Serah terima tersebut dilaksanakan pada Kamis (4/9/2025) dan dihadiri oleh Kabid Propam Polda Papua, Kombes Rudi Asriman, serta Kabid Humas, Kombes Polisi Cahyo Sukarnito. Ahmad Fauzi menjelaskan bahwa pihak berwenang telah mendengar keterangan dari tiga saksi yang berada bersama tersangka saat kejadian.

Kombes Polisi Cahyo Sukarnito, Kabid Humas Polda Papua, mengungkapkan bahwa Pratu TB berhasil ditangkap oleh tim Jatanras Reskrimum Polda Papua dan Satgas Gakkum Damai Cartenz pada dini hari Kamis sekitar pukul 00.23 WIT. Pelaku sebelumnya telah menembak warga sipil bernama Obet Manakin (16) hingga korban tersebut meninggal dunia. Dengan penyerahan tersangka dan barang bukti, kasus ini sekarang ditangani oleh Pomdam XVII Cenderawasih.

Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Kolonel Infanteri Candra Kurniawan, mengonfirmasi adanya insiden penembakan yang dilakukan oleh anggota TNI AD berinisial Pratu TB terhadap warga sipil Lambert alias Obet di wilayah Entrop, Kota Jayapura. Laporan yang diterima mengungkapkan bahwa insiden ini terjadi akibat kesalahpahaman antara Pratu TB dengan korban. Tembakan yang ditujukan oleh Pratu TB mengenai bagian pinggang, menyebabkan korban meninggal di tempat kejadian. Kapendam menegaskan bahwa penyebab pasti dari kesalahpahaman tersebut masih dalam tahap investigasi lebih lanjut.

Terbaru, terdapat laporan bahwa kasus-kasus serupa terjadi di berbagai wilayah, menunjukkan ketidaksepakatan atau kesalahan komunikasi antara anggota militer dan warga sipil. Hal ini memperlihatkan kebutuhan akan pelatihan lebih lanjut mengenai etika dan pelayanan publik bagi personel militer. Studi kasus mengungkapkan bahwa kebanyakan insiden semacam ini bisa dihindari dengan adanya sistem komunikasi yang lebih baik dan pengawasan yang ketat.

Kasus penembakan ini mengingatkan kita tentang pentingnya kerjasama antara pihak kepolisian dan militer dalam menjaga ketertiban dan keamanan. Meskipun prosedur hukum sedang berlangsung, pemahaman yang lebih baik antara militer dan masyarakat sipil akan menjadi kunci mencegah insiden serupa di masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan