Pemerhati sejarah Aceh mengungkapkan keprihatinan tentang kondisi makam permaisuri Sultan Iskandar Muda, Putroe Sani, terletak di Gampong Runtoh, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie. Makam yang sudah diakui sebagai situs cagar budaya ternyata dalam keadaan tidak terawat.
“Makam istri Sultan Iskandar Muda ini terlihat ternoda dan ditinggalkan,” kata Tarmizi A Hamid, dikenal sebagai Cek Midi, saat berbicara di Banda Aceh, seperti dilansir Antara, Kamis (4/9/2025). Pernyataan tersebut diberikan setelah ia dan dua ahli sejarah lainnya, Prof Husaini Ibrahim dari Universitas Syiah Kuala serta Hasan Basri M Nur dari UIN Ar-Raniry, melakukan kunjungan ke tempat makam tersebut.
Kunjungan tersebut dilakukan untuk mengevaluasi kondisi makam dan mengumpulkan informasi dari warga sekitar. Hasil observasi mereka menunjukkan bahwa batu nisan makam telah retak dan diperbaiki dengan semen, sementara bagian kepala dan kaki sudah hilang. Pagar sekitar makam juga mulai runtuh, dan tidak ditemukan papan informasi yang menjelaskan riwayat permaisuri tersebut, hanya ada pamflet yang menyebutkan statusnya sebagai cagar budaya.
“Kita semuanya mengaku sebagai keturunan Sultan Iskandar Muda, namun tidak ada yang peduli dengan makam permaisuri sang Sultan,” tambah Cek Midi. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Prof Husaini Ibrahim, yang mendorong pemerintah daerah untuk memberikan perhatian lebih kepada situs sejarah ini.
Menurut beberapa sumber, permaisuri tersebut adalah putri Teungku Syik di Reubee, seorang ulama dan bangsawan Aceh yang berprestasi. Dengan demikian, makam ini patut mendapat perhatian yang lebih baik. “Ini adalah makam permaisuri dari Sultan Iskandar Muda, seorang sultan besar Aceh. Tidak pantas untuk diabaikan seperti ini,” tegas Prof Husaini Ibrahim.
Data riset terbaru menunjukkan bahwa situs-situs sejarah seperti ini sering terabaikan karena kurangnya dukungan finansial dan kebijakan pengelolaan yang kuat. Studi menunjukkan bahwa pengelolaan cagar budaya yang efektif dapat meningkatkan pariwisata dan mempertahankan warisan budaya.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kondisi makam Putroe Sani menegaskan pentingnya konservasi warisan budaya. Pemerintah setempat perlu mengintegrasikan pendanaan dan keahlian ahli untuk melestarikan situs ini. Ini bukan hanya soal pemeliharaan fisik, melainkan juga pengajaran sejarah yang berharga untuk generasi mendatang.
Kesimpulan: Warisan sejarah Aceh bukan hanya milik generasi sekarang, tetapi juga janji untuk masa depan. Mari berpartisipasi memajukan dan melestarikan situs-situs seperti ini, agar kisah-kisah heroik kami tetap hidup dan terinspirasi.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.