Pria Korea Selatan Kehilangan Alat Kelamin dalam Operasi Pembesaran Mr P

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Seorang pria mengalami kekalahan tragis setelah mengikuti prosedur pembesaran penis, dengan hasil yang mengejutkan dan mengerikan. Dokter yang bertanggung jawab atas operasi tersebut diwajibkan untuk membayar kompensasi kepada pasiennya, yang kehilangan fungsi seksual, kemampuan buang air kecil, dan mengalami beban psikologis yang berat akibat tindakan medis tersebut.

Kejadian ini melibatkan pria berusia 35 tahun yang melakukan operasi di distrik Gangnam, Seoul, pada tahun 2020. Selama prosedur, ahli bedah secara tidak sengaja memotong seluruh jaringan korpus kavernosum, struktur penting untuk ereksi, serta korpus spongiosum yang melingkupi uretra. Kesalahan ini menyebabkan penis pasien terputus secara horizontal.

Menurut laporan Daily Mail, dokter tersebut divonis oleh pengadilan pada Januari 2024 untuk membayar ganti rugi sebesar sekitar 28 juta rupiah. Namun, dokter tersebut mengajukan banding. Pada awal bulan ini, pengadilan memutuskan untuk meningkatkan kompensasi menjadi 66 juta rupiah setelah dokter kalah dalam banding.

Selama persidangan, dokter dibebankan tidak menjelaskan risiko prosedur kepada pasien. Hal ini diklaim dokter, tetapi pasien sudah memiliki implan penis yang terintegrasi dengan jaringan tubuhnya, memunculkan risiko yang lebih tinggi. “Pasien mungkin menolak operasi jika risiko tersebut dijelaskan dengan jelas,” ungkap dokter di pengadilan.

Pengadilan juga menyebut bahwa cedera tersebut seharusnya dapat dihindari jika tanda-tanda peringatan terdeteksi segera. “Dalam kasus perlengketan yang serius, operasi seharusnya dihentikan sebelum cedera terjadi. Penjahitan juga perlu dipertimbangkan untuk mencegah komplikasi lainnya,” tambah pengadilan. Upaya dokter untuk melanjutkan pembedahan meski anatomis penis tidak terlihat jelas justru menyebabkan cedera pada pasien.

Data dari World Population Review menunjukkan bahwa ukuran penis rata-rata pria Korea Selatan saat ereksi sekitar 9,3 cm, termasuk yang terendah di dunia. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa hanya sepertiga pria puas dengan ukuran alat kelamin mereka. Studi YouGov tahun 2015 juga menunjukkan bahwa pria muda Inggris lebih sering menginginkan penis yang lebih besar dibandingkan Jerman atau Amerika Serikat. Hampir separuh pria di Inggris (42%) ingin ukuran yang lebih besar, sementara di Jerman dan AS, angka tersebut masing-masing 30% dan 23%.

Kejadian ini mengingatkan kita betapa pentingnya komunikasi yang jelas antara dokter dan pasien. Keputusan untuk melalui operasi medis harus didasarkan pada informasi yang lengkap dan akurat, serta penilaian risiko yang matang. Meskipun keinginan untuk meningkatkan estetika atau fungsi tubuh dapat dipahami, penting untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya dan memastikan bahwa dokter yang terlibat memiliki kualifikasi serta pengalaman yang memadai. Setiap tindakan medis harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, karena kesalahan dapat berakibat tragis dan mengubah hidup seseorang secara permanen.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan