Investigasi Kompolnas Terkait Kematian Rheza Sendy Mahasiswa Amikom Dilengkapi Tim Pantau

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) telah mengerahkan tim khusus untuk memantau perkembangan kasus kematian mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama (21), yang meninggal dengan tubuh penuh luka. Tim pengawasan juga telah dibentuk di beberapa lokasi, termasuk Yogyakarta, untuk memantau situasi terkait.

Menurut Anam dalam wawancara dengan wartawan di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, pada Selasa (2/9/2025), kegiatan pemantauan ini dilaksanakan untuk memastikan proses pengusutan kasus berjalan dengan baik. Selain di Yogyakarta, tim juga bekerja di lainnya untuk memantau kasus kematian pengemudi ojekonline (ojol), Affan Kurniawan, akibat dilindas kendaraan taktis Brimob.

Anam menjelaskan bahwa Kompolnas bekerja secara bersamaan di berbagai lokasi. Tim dibagi untuk memantau kasus-kasus tersebut serta memberikan dukungan kepada tim pendamping yang ada di lapangan. Selain itu, Kompolnas juga sedang menyelidiki dugaan penembakan gas air mata oleh polisi ke kampus Universitas Pasundan (Unpas) dan Universitas Islam Bandung (Unisba) pada Senin (1/9/2025) malam.

Sementara itu, menurut laporan dari detikJogja, ayah Rheza, Yoyon Surono, mengungkapkan bahwa putranya pergi dari rumah untuk menemui teman minum kopi. Yoyon kemudian diberitahu oleh tetangga bahwa Rheza dirawat di RSUP Dr Sardjito akibat terkena gas air mata. Sayangnya, ketika tiba di rumah sakit, Rhaza sudah meninggal. Yoyon menyampaikan bahwa Rheza meninggal pada pukul 7 pagi hari. Kejadian ini diperkirakan terjadi di sekitar Polda DIY, meskipun belum dapat dikonfirmasi apakah Rheza terlibat dalam aksi tersebut.

Yoyon juga mengungkapkan bahwa tubuh Rheza ditemukan dengan luka-luka memar di seluruh tubuh, leher patah, dan bekas pijakan sepatu. Namun, ia masih belum dapat menjelaskan asal-usul luka tersebut.

Menurut data riset terbaru, kasus-kasus kekerasan terhadap civitas akademika semakin meningkat secara signifikan dalam waktu terakhir ini. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpuasan yang terus berlanjut terhadap kekerasan yang terjadi di masyarakat, khususnya dalam konteks aksi demonstasi atau penegakan hukum yang berlebihan.

Studi kasus yang dilakukan di berbagai universitas menunjukkan bahwa kekerasan terhadap mahasiswa seringkali disertai dengan pelanggaran hak asasi manusia, seperti penggunaan gas air mata secara berlebihan atau penggunaan kekerasan fisik yang tidak proporsional. Hal ini tidak hanya mengakibatkan korban jiwa, tetapi juga menyebabkan trauma berkepanjangan bagi keluarga dan lingkungan sekitar.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk adanya sistem keadilan yang transparan dan efektif. Langkah-langkah yang harus diambil meliputi investigasi yang cermat, sanksi yang tepat terhadap pelaku kekerasan, serta pelestarian hak-hak masyarakat untuk berdemonstrasi secara aman. Keadilan dan keamanan harus menjadi prioritas utama dalam menjaga stabilitas dan harmoni di masyarakat.

Kasus Rheza Sendy Pratama dan Affan Kurniawan menegaskan betapa pentingnya reformasi dalam penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia. Kejadian-kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk meningkatkan kesadaran akan kepentingan kerukunan dan damai dalam masyarakat. Hanya dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih adil dan aman bagi generasi mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page