Aksi BEM SI Kerakyatan Dibatalkan untuk Hari Ini

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan sempat berencana mengadakan demonstrasi besok, tetapi akhirnya memutuskan untuk membatalkannya. Keputusan ini diambil karena situasi saat ini dianggap tidak kondusif, terutama dengan adanya kerusuhan yang berkecamuk di berbagai daerah.

Poster yang beredar menunjukkan aksi unjuk rasa tersebut memiliki judul ‘Indonesia C(emas) Jilid II’, dengan 11 tuntutan yang akan disuarakan, salah satunya terkait pengesahan Undang-Undang Perampasan Aset. Koordinator Pusat BEM SI Kerakyatan, Muhammad Ikram, menjelaskan bahwa kondisi di Jakarta dan beberapa wilayah lainnya yang tidak stabil menjadi alasan pembatalan.

“Kami melihat kondisi saat ini di Jakarta dan beberapa daerah yang semakin tidak kondusif karena kerusuhan berkecamuk. Hal ini jauh dari harapan kami,” ungkap Ikram saat dihubungi, Senin (1/9/2025). Ia menambahkan bahwa mereka akan tetap melanjutkan aksi, meskipun belum ada jadwal pasti saat ini.

Pihak BEM SI memutuskan untuk menunda aksi demi memastikan aspirasi dan keresahan mahasiswa dapat disampaikan dengan baik. Selama beberapa hari terakhir, Jakarta dan sekitarnya telah menjadi lokasi berbagai demonstrasi yang beberapa di antaranya berujung kerusuhan dan kerusakan fasilitas umum.

Polisi Metro Jaya telah menahan 1.240 orang yang diduga terlibat dalam kerusuhan di gedung DPR/MPR RI. Dari jumlah tersebut, 1.113 orang sudah dipulangkan, 10 orang ditetapkan sebagai tersangka, sementara sisanya masih dalam proses pemeriksaan.

BEM SI Kerakyatan tidak hanya ingin menyampaikan kritik, tetapi juga mengharapkan perubahan yang nyata dari pemerintah. Mahasiswa sebagai warga negara memang memiliki hak untuk bersuara, tetapi harus dilakukan dengan cara yang bijak dan aman. Demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan justru akan merusak reputasi mereka sendiri dan tidak akan mendekatkan tujuan yang ingin dicapai.

Setiap aksi harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Kerusakan fasilitas umum tidak akan memperbaiki masalah, melainkan justru memburukkannya. Pemerintah juga harus mendengarkan aspirasi masyarakat lebih serius, karena demonstrasi ini merupakan tanda bahwa ada kemarahan yang perlu ditangani dengan bijaksana.

Pendidikan dan dialog adalah kunci untuk mencapai perubahan yang positif. Mahasiswa harus tetap aktif dalam berpartisipasi, tetapi juga harus bijak dalam memilih cara untuk menyampaikan aspirasi mereka. Hanya dengan demikian, perubahan yang diharapkan dapat terwujud tanpa korban yang tidak perlu.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan