Pembaruan Terbaru: 17 Orang Ditangkap Suspisi Provokator Aksi Penyerangan Brimob Cikeas, 4 Tersangka Utama

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Polres Bogor telah menentukan empat individu sebagai tersangka dalam kasus dugaan provokasi dan rencana serangan terhadap Markas Satuan Latihan Brimob di Cikeas. Setiap tersangka memiliki peran yang berbeda dalam kasus ini.

Dari keempat tersangka tersebut, seorang dengan inisial M, yang berasal dari Tangerang Selatan, diduga sebagai provokator utama serta pemegang senjata tajam. Sementara itu, seorang tersangka dengan inisial B, yang diklaim sebagai anak seorang anggota TNI, terungkap sebagai boongan setelah melalui proses konfrontasi.

Menurut Kapolres Bogor AKBP Wikha Ardilestanto, M telah mengaku bahwa ia diperintah oleh B untuk melakukan serangan terhadap markas Brimob. Pengakuan ini tercatat dalam video yang sebelumnya beredar di media sosial dan menyebabkan kerusuhan. Namun, hasil investigasi lebih lanjut membuktikan bahwa klaim tersebut palsu. “Setelah penyelidikan mendalam, keterangan M terbukti salah. Serangan tersebut merupakan inisiatif M sendiri setelah menerima pesan berantai. Ia memanfaatkan nama anak anggota TNI untuk mencari perlindungan dan menghindari tanggung jawab hukum,” kata Wikha, seperti dilansir dari detikJabar pada Senin (1/9/2025).

Selain menyimpan pamflet yang mendorong serangan, polisi juga mengamankan dua bilah pisau dari M. Tersangka tersebut dijerat dengan sejumlah pasal, termasuk UU ITE dan UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951, dengan potensi hukuman hingga sepuluh tahun penjara.

Sementara itu, tiga tersangka lainnya dengan inisial AS, RP, dan BS memiliki peran dalam penyebaran informasi provokatif, penyediaan bahan bakar, dan pengiriman pesan provokatif melalui grup WhatsApp. Dari 17 orang yang diamankan, empat di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka, sementara sisanya masih dalam tahap pemeriksaan lebih lanjut.

Dalam rangka meningkatkan kebijakan keamanan, pemerintah harus memperketat pengawasan terhadap aktivitas online yang dapat memicu kerusuhan. Studi kasus seperti ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara instansi keamanan dan masyarakat dalam mencegah percobaan provokasi. Dengan pendidikan dan kesadaran kolektif, masyarakat dapat menjadi penjaga keamanan yang tanggap.

Kasus ini mengingatkan kita bahwa setiap aksi provokatif harus segera ditangani dengan tegas. Aksi semacam ini tidak hanya merusak stabilitas, tetapi juga menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, semakin penting untuk membangun masyarakat yang toleran, kritis, dan bermoral dalam menghadapi informasi yang bersifat provokatif.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan