Pengembangan New Energy Materials Holding, IBC Fokus pada Hilirisasi Baterai

Indonesia Battery Corporation (IBC) kini mendapatkan mandat baru sebagai New Energy Materials Investment Holding, yang bertanggung jawab untuk memperkuat proses hilirisasi sumber daya mineral Indonesia menjadi bahan baku baterai. Keputusan ini diumumkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan telah resmi ditetapkan dalam bentuk holding untuk memantapkan investasi di sektor baterai.

Toto Nugroho, Direktur Utama IBC, menyampaikan bahwa keputusan tersebut didasari oleh potensi besar aset material baterai dan mineral kritis yang dimiliki Indonesia, terutama di bawah pengelolaan MIND ID. Seluruh potensi tersebut diyakini dapat dioptimalkan menjadi berbagai produk dengan nilai tambah yang tinggi.

“Sebagai New Energy Materials Investment Holding, Kementerian BUMN telah memutuskan untuk menjadikan kami sebagai investment holding, yang akan mengembangkan dan melanjutkan hilirisasi sumber daya mineral menjadi bahan baku baterai,” ujar Toto, seperti dikutip oleh detikFinance, Senin (17/2/2025).

Langkah strategis ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Pemegang Saham (PPS) bersama empat BUMN, yakni Inalum, Antam, Pertamina, dan PLN. Ini mengukuhkan IBC sebagai pengelola investasi strategis dalam pengolahan sumber daya kritis seperti nikel, aluminium, dan tembaga menjadi bahan baku baterai.

Selanjutnya, struktur New Energy Materials Holding dibagi menjadi dua bagian utama: Battery Material Sub-Holding, yang mengelola Joint Venture (JV) Smelting-Refinery, JV Precursor-Cathode, dan JV Recycling. Adapun IBC Downstream “OpCo” Sub-Holding meliputi JV Cell, 2WEV (GESITS), 2WEV battery Cell-to-Pack, 2WEV BaaS (Swap Battery, Cabinet, Software), serta potensi downstream lainnya.

Saat ini, industri baterai dunia sedang mengalami transformasi signifikan dengan meningkatnya permintaan baterai dari sektor otomotif listrik dan energi terbarukan. Indonesia, dengan kaya akan sumber daya alamnya, berpotensi menjadi pemain utama dalam rantai nilai baterai global. Investasi dalam hilirisasi nikel dan mineral lain bukan hanya akan meningkatkan daya saing industri nasional, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku.

Salah satu tantangan utama bagi Indonesia adalah memastikan bahwa proses hilirisasi dapat dilakukan dengan efisien dan ramah lingkungan. Pengembangan teknologi pengolahan yang maju serta dukungan dari investasi asing akan menjadi kunci kesuksesan. Dengan adanya IBC sebagai investment holding, diharapkan dapat mengatasi tantangan tersebut melalui kolaborasi yang lebih terkoordinasi antara BUMN dan pihak industry.

Pembangunan industri baterai juga menawarkan peluang besar untuk penciptaan lapangan kerja baru dan pengembangan kemampuan teknologi lokal. Ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi energi di Asia Tenggara.

Indonesia sedang memasuki era baru dalam pengembangan industri baterai, di mana potensi sumber daya mineral yang luas dapat diubah menjadi kekuatan ekonomi. Dengan strategi yang tepat dan kerja sama yang kuat, negara ini siap untuk berkompetisi di pasar global dan mendorong transisi energi yang berkelanjutan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page