Investasi dari Timur: Industri Pertambangan Kini Lebih Bertanggung Jawab

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia Timur menjadi salah satu sentra industri pertambangan di negeri ini, dengan komoditas utama seperti nikel, emas, dan tembaga. Program hilirisasi yang giat dijalankan telah membuat sektor ini menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Namun, selain manfaat ekonomi, industri ini juga memberikan dampak pada pembangunan infrastruktur di seluruh negeri. Dalam perkembangannya, satu pertanyaan yang sering muncul adalah tentang penerapan prinsip ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola) dalam aktivitas pertambangan.

Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA), menyatakan bahwa banyak perusahaan tambang di wilayah tersebut, khususnya yang besar dan berkantor pusat di luar negeri, sudah sangat serius dalam mengimplementasikan tata kelola perusahaan. Hal ini diatur melalui kontrak yang mengacu pada aturan yang berlaku. Perusahaan seperti PT Trimegah Bangun Persada, Harita Nickel, Freeport Indonesia, dan Vale menjadi contoh yang telah mengikuti prinsip-prinsip dari International Council on Mining and Metals (ICMM).

ICMM adalah sebuah organisasi internasional yang beranggotakan perusahaan tambang besar dan asosiasi industri pertambangan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan standar keberlanjutan dalam praktik pertambangan di seluruh dunia. Hendra menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut telah mengadopsi prinsip keberlanjutan melalui tata kelola yang transparan. Selain itu, mereka juga mematuhi aturan internasional yang ketat dan melakukan kontribusi positif bagi masyarakat setempat.

Hendra memberikan contoh lainnya, yaitu Harita Nickel, yang telah menyerahkan operasi pertambangannya untuk diaudit berdasarkan standar Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA). IRMA adalah salah satu standar tertinggi di dunia pertambangan, dan tidak banyak perusahaan yang mampu memenuhinya. Harita Nickel menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang secara sukarela diaudit oleh IRMA. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam menerapkan prinsip keberlanjutan dan mematuhi aturan yang berlaku.

Hendra juga menjelaskan bahwa setiap perusahaan biasanya menyesuaikan penerapan standar ESG dengan kondisi wilayah operasional mereka. Namun, perusahaan yang telah memenuhi standar ICMM hingga IRMA dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk terus meningkatkan standar operasional secara berkelanjutan. Selain itu, pemenuhan standar ESG juga krusial untuk mendapatkan pendanaan dan menjalin kerja sama strategis dengan investor asing. Pembeli di luar negeri juga mempertimbangkan hal tersebut sebagai salah satu aspek penting.

Menurut Hendra, beberapa perusahaan berusaha mengadopsi standar ESG karena kebutuhan dari investor, pembiaya, atau mitra bisnis. Beberapa perusahaan asing bahkan meminta persyaratan tata kelola yang ketat, seperti IRMA. Akibatnya, perusahaan lokal harus mematuhi standar tersebut untuk dapat bersaing di pasar global.

Industri pertambangan di Indonesia Timur telah menunjukkan kemajuan dalam penerapan prinsip keberlanjutan. Dengan adanya komitmen dari perusahaan besar untuk mematuhi standar ESG, sektor ini dapat terus berkembang dengan tanggung jawab. Hal ini tidak hanya berdampak positif pada ekonomi, tetapi juga pada lingkungan dan masyarakat setempat. Selanjutnya, penting bagi semua pihak untuk terus berusaha meningkatkan praktik pertambangan yang berkelanjutan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan