Jakarta Dihadang demontrasikan, Indeks Harga Saham Gabungan Sesi Pertama Menutup dengan Turun 2% Lebih

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Sesi perdagangan pertama IHSG pada Jumat (29/8) menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Kondisi ini terjadi akibat gangguan yang disebabkan oleh kekacauan aksi demonstran di berbagai lokasi Jakarta baru-baru ini.

Menurut riwayat perdagangan dari RTI Business, IHSG terus berada di zona merah sejak awal perdagangan. Pada pukul 11.30 WIB, indeks tersebut mengalami penurunan sebesar 2,27%, atau sekitar 180.806 poin, hingga mencapai angka 7.771. Dalam sesi perdagangan ini, tercatat 662 saham mengalami penurunan, 89 saham melonjak, dan 49 saham lainnya tetap stabil. Sebelumnya, pada Kamis (28/8), IHSG juga mencatat aksi jual bersih oleh investor asing sebesar Rp 278,61 miliar.

IHSG mulai merosot sejak awal perdagangan, dengan turunnya 1,24% menjadi level 7.853 pada pukul 09.05 WIB. Kemudian, pada pukul 09.53 WIB, indeks ini terus menurun 1,03% hingga mencapai 7.870. Tak lama kemudian, penurunan semakin parah hingga 1,99%, meletakkan IHSG pada level 7.793.

Nafan Aji Gusta Utama, Analis Investasi Senior PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa kondisi politik dan keamanan saat ini memiliki dampak besar terhadap penurunan IHSG. “Kondisi IHSG hari ini yang melemah erat kaitannya dengan aksi demonstran yang terjadi akhir-akhir ini, khususnya pada hari ini,” katanya kepada Thecuy.com, Jumat (29/8/2025).

Gelombang aksi demonstrasi telah terjadi di beberapa titik Jakarta selama seminggu terakhir. Situasi menjadi lebih panas setelah insiden kematian seorang pengemudi ojek online yang terlindas mobil rantis yang dimiliki oleh Mako Brimob. Awalnya, unjuk rasa tersebut dimulai sebagai protes terhadap kebijakan tunjangan anggota DPR. Selain itu, kalangan buruh juga ikut beraksi dengan berbagai tuntutan, mulai dari peningkatan upah minimum hingga permintaan pembentukan satuan tugas pemberantasan PHK.

Indeks saham yang fluktuatif ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor domestik saja, namun juga oleh sentimen global yang masih cenderung negatif. Investor yang cemas dengan ketidakstabilan politik dan sosial di dalam negeri membuat pasar saham mengalami tekanan. Hal ini juga mempengaruhi keputusan investor asing untuk melakukan jual bersih saham, yang menjadikan pasar saham lebih rentan terhadap fluktuasi harga.

Untuk menghadapi situasi seperti ini, para pelaku pasar dianjurkan untuk tetap waspada terhadap perkembangan situasi. Analisis lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG dapat memberikan wawasan yang lebih baik dalam mengambil keputusan investasi. Sementara itu, pemerintah juga perlu merespons dengan langkah-langkah yang tepat untuk meredam ketidakstabilan yang sedang berkecamuk.

Dalam konteks ekonomi yang masih tidak stabil, pelaku pasar dianjurkan untuk memperhatikan berbagai indikator dan beradaptasi dengan kondisi yang berubah-ubah. Investasi yang cerdas bukan hanya bergantung pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga memperhatikan kestabilan dan keberlanjutan pasar secara panjang.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan