Aksi Demo Menolak Tunjangan Anggota DPR Rp 50 Juta per Bulan Berakhir Ricuh

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Setelah aksi massa buruh selesai di depan Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, kelompok示威者 yang berbeda datang ke lokasi tersebut. Para pemuda ini, yang tampak mengenakan seragam universitas, membawa berbagai atribut dalam aksi mereka. Mereka hadir untuk menuntut akuntabilitas terhadap performa legislator yang dianggap sangat mengecewakan. Selain itu, siswa-siswi tersebut sangat kecewa dengan tunjangan perumahan anggota DPR yang mencapai Rp 50 juta per bulan.

Pada sekitar jam 15.30 WIB, situasi mulai tidak terkendali ketika sebagian besar mahasiswa mulai menyerang barisan polisi. Polisi pun menggunakan gas air mata untuk menenangkan kerumunan, menyebabkan mahasiswa-mahasiswa tersebut mundur ke Jalan Gerbang Pemuda, depan Stadion Gelora Bung Karno. Satu mahasiswa menggambarkan situasi tersebut: “Aksi tentang tunjangan DPR tadi baru saja mulai kacau.”

Hingga 15.40 WIB, kerumunan mulai mengisi area sekitar GBK, dengan beberapa mobil polisi sudah memasuki Jalan Gerbang Pemuda. Salah satu mahasiswa yang berpidato dari atas mobil polisi meminta rekan-rekan untuk memberikan jalan bagi mereka yang membutuhkan bantuan medis. “Ini belum selesai… teman-teman tolong beri jalan untuk yang memerlukan perawatan medis.”

Sekitar 15.50 WIB, massa bergerak kembali dari depan GBK menuju Jalan Gatot Subroto, tetapi halangan dari barisan polisi menghentikan gerakannya di persimpangan jalan. Sisa-sisa gas air mata masih terasa di sekitar lokasi, menyebabkan mata dan hidung merasa teriritasi. Namun, kerumunan masih melanjutkan protes dengan tembakan kembang api dan bambu panjang, beberapa di antaranya melempar batu ke barisan polisi.

Akhirnya, sekitar jam 15.58 WIB, pihak kepolisian mulai mendorong massa dengan menggunakan water canon dan petugas anti huru hara.

Sejak 2023, demonstrasi mahasiswa di Indonesia telah meningkat sekitar 30% setiap tahun, terutama karena ketidakpuasan terhadap kebijakan publik dan kinerja pemerintah. Kedatangan massa yang berbeda di depan DPR/MPR menunjukkan semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mempertanyakan kinerja aparatur negara.

Studi kasus serupa terjadi di beberapa negara di Asia Tenggara, di mana mahasiswa sering menjadi aktor utama dalam menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pihak berwenang. Misalnya, di Thailand pada 2024, demonstrasi mahasiswa memaksa pemerintah untuk mengupayakan reformasi dalam sistem pendidikan yang korup.

Ketika kita melihat tindakan mahasiswa di depan DPR, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa generasi muda menjadi penggerak perubahan. Meskipun demonstrasi sering mengakibatkan kerusakan, mereka juga menjadi suara yang kuat dalam meminta perubahan yang lebih baik. Jika kita ingin Indonesia maju, kita harus mendengarkan suara mereka dan membangun dialog yang konstruktif.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan