Investigasi ‘Semarang Bertutur’: Walkot Agustina Dorong Budaya Gemar Membaca

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Wali Kota Semarang, Agustina, yang juga dikenal sebagai Bunda Literasi Kota Semarang, mengambil bagian dalam acara “Semarang Bertutur” sebagai bagian dari infeksinya dalam program roadshow. Kegiatan ini dirancang sebagai strategi untuk menggalukan budaya membaca di kota.

Agustina berbagi, “Saya berusaha mencetak generasi yang cerdas, kreatif, dan kaya imajinasi bagi anak-anak Semarang,” tulisnya dalam pernyataan tertulis, Kamis (28/8/2025).

Tujuan dari kunjungan Agustina ke beberapa lembaga pendidikan di Semarang, seperti TK PGRI 74, SD Negeri Srondol Kulon, dan SMP Negeri 27, adalah untuk mempromosikan kebiasaan membaca di kalangan siswa usia dini dan jenjang pendidikan dasar hingga menengah.

“Acara itu menarik sekali. Kita menggelar storytelling interaktif dengan boneka hewan, menggunakan media tambahan, bahkan berdiskusi tentang cerita singkat dan bercerita berdasarkan gambar,” ceritanya.

Agustina mengungkapkan bahwa pencarian metode terbaik untuk mempersiapkan minat baca masih dalam proses. “Saat ini, kami masih menguji berbagai konsep. Metode belajar harus disesuaikan dengan mengajarkan anak-anak. Di TK, mereka belajar mengenali. ‘Itu sapi, itu ayam,’ seperti ini. Di SD, lebih pada penerapan praktis, sementara di SMP kita fokus pada pengembangan karakter,” katanya.

Kegiatan ini ditargetkan untuk memberikan pengalaman literasi yang menyenangkan dan menantang bagi peserta. “Tujuannya bukan berapa banyak sekolah yang diikuti, tetapi bagaimana kegiatan ini memberikan manfaat jangka panjang bagi anak-anak,” ujarnya lagi.

Dengan komitmen yang kuat, Agustina berusaha menanamkan cinta membaca sejak dini dan membangun budaya literasi yang kuat di seluruh kota. “Saya sangat gembira dengan respons anakan yang luar biasa,” tutupnya.

Dataset penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemujaan aktivitas literasi di masa dini dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan kreativitas anak hingga 30%. Contoh kasus dari sekolah-sekolah di Semarang juga menunjukkan bahwa program-program seperti ini menghasilkan meningkatnya minat baca di antara siswa. Visualisasi data menunjukkan bahwa sekolah yang mengimplementasikan metode interaktif dalam pembelajaran membaca menunjukkan kenaikan hingga 45% dalam partisipasi siswa dalam kegiatan membaca ekstrakurikuler.

Kegiatan literasi yang memanfaatkan elemen interaktif, seperti boneka dan media visual, terbukti lebih menarik bagi siswa. Dengan kurangnya fokus pada mekanisme penguji teks efektif, penting untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermanfaat bagi semua jenis pembelajar. Apakah menjadi bagian dari revolusi literasi bersama?

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan