Pengembang ini lebih memilih membangun sekolah daripada rumah PNS di IKN

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) telah merubah strategi investasinya di Ibu Kota Nusantara (IKN), beralih dari proyek hunian Aparatur Sipil Negara (ASN) ke pembangunan sekolah di kawasan tersebut. Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto P Adhi, mengungkapkan bahwa sebelumnya perusahaan ini menjadi salah satu investor utama di IKN, bersama dengan investor dari Korea dan China, melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk hunian ASN.

“Pada awalnya, kami termasuk investor pertama di IKN, bersama Korea dan China. Namun saat itu kami terlibat dalam KPBU untuk pembangunan tower hunian PNS,” kata Adrianto saat ditemui di Tribrata Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

Namun, dengan berjalannya waktu, Summarecon menyadari bahwa pelaksanaan proyek KPBU tidaklah mudah. Hal ini karena pembangunan tersebut menggunakan dana APBN, sehingga persyaratannya sangat ketat. “Menurut saya, proses KPBU sulit dilalui. Tidak ada salon terhadap pemerintah, karena APBN digunakan. Walaupun kami akan menerima pembayaran berdasarkan skema availability payment (AP), tapi karena melibatkan APBN, prosesnya jadi lebih rinci,” jelasnya.

Dalam skema KPBU, perusahaan swasta tidak perlu membeli tanah, tetapi bertanggung jawab atas pembangunan infrastruktur. Setelah selesai, pemerintah akan membayar sesuai dengan skema AP. Meski ingin segera menyelesaikan proyek, Summarecon akhirnya memutuskan untuk beralih investasi ke pembangunan Sekolah Islam Al Azhar melalui skema lain.

Perusahaan ini mendukung pembangunan sekolah dengan membeli tanah di IKN dan membangun infrastruktur sekolah. Upacara peletakan batu pertama telah dilakukan sebelum masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berakhir.

Adrianto menegaskan bahwa Summarecon tidak berhenti berinvestasi di IKN, tetapi hanya mengalihkan kegiatan investasinya ke proyek lain. Ia tidak memberikan keterangan lebih lanjut tentang lanjutannya.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa investasi di IKN masih menjadi daya tarik bagi pengembang besar. Namun, tantangan dalam pelaksanaan proyek KPBU telah memaksa beberapa pemangku kepentingan untuk menyesuaikan strategi. Studi kasus pada proyek hunian ASN menunjukan bahwa biaya konstruksi yang tinggi menjadi salah satu hambatan utama. Summarecon awalnya berencana membangun 6 tower untuk rusun ASN-Hankam, sementara konsorsium Indonesia-China CCFG Corp berencana membangun 60 tower.

Dari analisis unik dan simplifikasi, terlihat bahwa investasi di IKN memerlukan strategi yang fleksibel. Pemerintah dan pengembang harus bekerja sama lebih dekat untuk mengatasi kendala biaya dan proses administratif. Pembangunan sekolah menunjukkan bahwa ada ruang untuk berinovasi dalam proses investasi.

Pembangunan IKN tetap menjadi kesempatan yang besar bagi pengembang, tetapi suksesnya tergantung pada kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan peraturan dan menghadapi tantangan finansial. Persaingan dan kolaborasi antara pengembang juga akan memengaruhi dinamika investasi di Ibu Kota Nusantara.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan