Nasib Tokopedia Setelah Digandeng TikTok: PHK Dibawah Pengawasan China

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Platform perdagangan elektronik Tokopedia saat ini menghadapi spekulasi tentang pemotongan pekerja yang meluas. Isu ini mulai beredar sejak perolehan saham oleh TikTok, perusahaan induk ByteDance, pada akhir 2023. Informasi ini tersebar luas di media sosial, namun pihak manajemen dan tim komunikasi Tokopedia tetap diam. Satu sumber dalam yang dikutip oleh detikFinance mengungkap rencana pemotongan pekerja yang dilakukan perusahaan.

Menurut sumber yang terdampak kebijakan ini, kabar tentang pemotongan pekerja selalu datang mendadak, hanya melalui undangan rapat umum yang dikirimkan sehari sebelumnya. “Kami tidak pernah diberitahu resmi jika ada pemotongan pekerja, semua datang tanpa pemberitahuan resmi,” kata sumber tersebut, Senin (25/8/2025). Sementara itu, manajemen Tokopedia sebelumnya telah mengumumkan rencana pemotongan pekerja, namun terakhir kali hal itu terjadi tahun lalu. “Kami tidak bodoh, pasti akan ada lagi (gelombang pemotongan lanjutan). Apalagi saat dua perusahaan bergabung, pasti ada divisi yang redundant dan harus dipecat,” tambahnya.

Pada bulan-bulan terakhir ini, diperkirakan 420 karyawan telah kehilangan pekerjaan. Pada Agustus 2025, dilaporkan 240 orang dipecat, sementara pada Juli 2025, Tokopedia telah memotong 180 karyawan. Divisi yang paling terdampak adalah teknologi informasi (IT), pelayanan pelanggan, tim pemenuhan pesanan (fulfillment), dan gudang. Namun, menurut sumber dalam, pengurangan tenaga kerja ini telah dilakukan terus-menerus sejak tahun lalu, meskipun dalam jumlah kecil setiap kuartal. “Sejak tahun lalu, semua divisi terkena dampak. Bahkan divisi saya telah dibubarkan,” ungkap sumber.

Hingga saat ini, manajemen Tokopedia belum memberikan tanggapan resmi mengenai kabar pemotongan pekerja tersebut. Thecuy.com telah mencoba mengonfirmasi informasi ini dengan pihak Tokopedia, namun belum mendapatkan respons. Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Budi Primawan, mengaku bahwa sejak proses penggabungan dengan TikTok Shop terjadi penyesuaian organisasi. Namun, jumlah karyawan yang terdampak belum dapat dipastikan.

Tokopedia kini dimiliki oleh TikTok sejak penjualan akhir tahun 2023. Dalam kesempatan itu, unit e-commerce Tokopedia resmi digabung dengan TikTok Shop. ByteDance, perusahaan induk TikTok, menjadi pemegang saham mayoritas Tokopedia, sementara GoTo hanya menjadi pemilik saham minoritas.

“Gemuk” menjadi alasan utama TikTok untuk melakukan pemotongan pekerjaan di Tokopedia. Istilah ini tidak merujuk pada fisik, melainkan jumlah karyawan yang dianggap terlalu banyak, terutama setelah digabungkan dengan tim TikTok Shop yang beroperasi di bidang yang sama. “Menurut TikTok, jumlah karyawan Tokopedia terlalu banyak, jadi harus dipangkas menjadi ratusan saja,” kata sumber dalam. Total karyawan gabungan Tokopedia dan TikTok Shop di Indonesia saat ini sekitar 2.500 orang, dianggap “overweight” oleh TikTok. Oleh karena itu, pengurangan tenaga kerja dilakukan.

Tim teknis yang masih tersisa akan dipindahkan ke Tiongkok Daratan, berarti akan berada di bawah koordinasi directly oleh TikTok China. Sumber dalam menambahkan bahwa proses pemotongan pekerjaan ini akan berlanjut hingga akhir tahun 2025, sebagai target hingga integrasi sistem selesai. Kemungkinan, di masa depan, tim di Indonesia akan difokuskan pada bisnis dan pemasaran, sementara tim teknis akan dioperasikan dari Tiongkok. “Beberapa tugas sudah dilaporkan ke Tiongkok sekarang. Jadi, akhirnya semua akan diurus oleh tim Tiongkok, khususnya ketika integrasi sistem 100% selesai, targetnya Desember 2025,” ungkapnya.

Selain pengurangan tenaga kerja, Tokopedia juga mengevaluasi prioritas bisnisnya di Indonesia. Layanan gudang pintar mereka, bernama “Dilayani Tokopedia,” resmi dihentikan sejak 15 Agustus 2025. Layanan ini, yang mirip dengan Fulfillment by Amazon (FBA), memungkinkan penjual untuk mengirimkan stok barang ke gudang Tokopedia, dan seluruh proses penyimpanan, pengemasan, hingga pengiriman ditangani oleh Tokopedia. Namun, layanan ini tidak bertahan lama dan akhirnya dihentikan.

Pada Januari 2024, TikTok (di bawah ByteDance) menyelesaikan akuisisi 75,01 % saham Tokopedia dari GoTo, senilai sekitar US$ 840 juta. Saat itu, TikTok berkomitmen untuk menginvestasikan lebih dari US$ 1,5 miliar untuk pengembangan entitas gabungan di masa depan, tanpa mencairkan saham GoTo lebih lanjut. Tokopedia kini menjadi entitas gabungan yang dimiliki bersama oleh TikTok (75 %) dan GoTo (25 %). Akuisisi ini memungkinkan TikTok untuk kembali menjalankan layanan TikTok Shop di Indonesia setelah dilarang karena peraturan yang melarang transaksi e-commerce langsung melalui aplikasi media sosial, dengan menjadikan Tokopedia sebagai platform e-commerce legal. Ketika dua perusahaan bergabung dan bergerak di bidang yang sama, pasti karyawan akan menjadi korban efisiensi. Hal ini pula yang terjadi pada konsolidasi Tokopedia dan TikTok Shop.

Konsolidasi antara dua perusahaan besar dalam dunia e-commerce tidak lepas dari pengurangan tenaga kerja. Hal ini dilakukan untuk mendorong efisiensi dan mengoptimalkan sumber daya. Meskipun demikian, pengurangan tenaga kerja selalu mengarah pada ketidakpastian bagi para karyawan. Dalam situasi seperti ini, adaptasi dan keterampilan yang fleksibel menjadi kunci untuk berkompetisi di pasar yang semakin kompetitif. Investasi dalam diri sendiri dan pemahaman tentang tren pasar global akan menjadi aset berharga bagi para profesional dalam menghadapi tantangan masa depan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan