Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan bahwa jumlah beras yang tersedia di Indonesia dari Januari hingga September 2025 akan mencapai 36,98 juta ton, dengan surplus sebanyak 13,78 juta ton. Nurul Qomariyah, Pelaksana Tugas Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, menjelaskan bahwa kebutuhan beras dalam negeri selama periode yang sama hanya diperkirakan mencapai 23,2 juta ton, sehingga ada kelebihan pasokan beras.
Dalam kesempatan Pesta Rakyat 2025, tepatnya pada sesi Bincang Karya bertema “Agroindustri 4.0: Teknologi Tani untuk Kemandirian Bangsa” di Smesco Convention Hall, Jakarta, Jumat (22/8/2025), Nurul menyampaikan bahwa produksi beras Indonesia di tahun tersebut diperkirakan mencapai 36,98 juta ton, sedangkan kebutuhan domestik hanya 23,2 juta ton. Hal ini berarti ada surplus beras yang mencapai 13,78 juta ton.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) juga memperkirakan bahwa produksi beras Indonesia pada musim tanam 2024-2025 akan mencapai 34,6 juta ton, angka yang lebih tinggi dibandingkan Thailand dan Vietnam, dua negara penghasil beras utama di kawasan ASEAN. Sementara itu, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memproyeksikan bahwa produksi beras Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 35,6 juta ton. Hal ini menguatkan upaya pemerintah untuk menguatkan cadangan beras nasional.
Untuk memperkuat cadangan beras, pemerintah telah menambah serapan gabah oleh Perum Bulog, yang sudah mencapai 2,85 juta ton. Nurul Qomariyah menuturkan bahwa stok beras nasional saat ini telah mencapai 3,9 juta ton, naik dari 4,21 juta ton sebelumnya. Ini merupakan prestasi tertinggi dalam 57 tahun terakhir, tanpa adanya impor beras.
Selain itu, peningkatan produksi beras juga terlihat dari kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) dan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian terhadap PDB nasional. Pada triwulan pertama tahun 2025, sumbangan sektor pertanian terhadap PDB nasional mencapai 10,52% secara tahunan (year-on-year/YoY), yang merupakan prestasi tertinggi sepanjang sejarah.
Dengan semakin tinggi produksi beras dan peningkatan nilai tambah petani, Indonesia menunjukkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan beras domestik. Ini juga mengukuhkan posisi Indonesia sebagai salah satu produsen beras terbesar di dunia, tanpa harus bergantung pada impor. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa investasi dalam teknologi tani dan pengembangan sumber daya manusia pertanian memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Kemajuan ini menginspirasi untuk terus meningkatkan daya saing sektor pertanian, terutama dalam menghadapi tantangan global. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi juga bisa menjadi pemasok beras penting bagi negara lain.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Owner Thecuy.com