Gen-Z FOMO Mengonsumsi Obat Cacing Akibat Kasus Sukabumi Menurut Ahli Farmasi UGM

anindya

By anindya

Terkini, media sosial melaporkan banyaknya anggota Generasi Z atau Gen Z yang membeli dan meminumnya obat cacing. Hal ini terjadi sebagai tanggapan atas kasus kecacingan fatal yang menewaskan seorang balita di Sukabumi, Jawa Barat.

Ahli Farmasi dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Zullies Ikawati, mengkonfirmasi bahwa pengobatan rutin kecacingan setiap enam bulan sekali sangat direkomendasikan. Khususnya bagi individu yang tinggal di daerah dengan tingkat kecacingan yang tinggi.

“Mengapa direkomendasikan setiap enam bulan sekali? Telur cacing dapat bertahan lama di lingkungan, sehingga risiko reinfeksi tidak bisa diabaikan. Siklus hidup cacing memungkinkan seseorang terinfeksi kembali beberapa minggu hingga bulan setelah pengobatan,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (22/8/2025).

“Dosis tunggal obat cacing (seperti albendazol 400 mg atau mebendazol 500 mg) efektif memusnahkan cacing dewasa, namun tidak mencegah telur atau larva baru masuk,” tambahnya.

Sesuai dengan risiko yang berbeda-beda, ada beberapa kelompok yang harus memprioritaskan pengobatan rutin ini. Berikut daftar mereka:

  • Anak-anak usia prasekolah (1-5 tahun), karena sering bermain di tanah tanpa alas kaki.
  • Anak usia sekolah (6-14 tahun), masalah ini menjadi fokus utama program pemberian obat cacing di sekolah dasar.
  • Wanita usia subur, termasuk ibu hamil trimester kedua dan ketiga untuk mencegah anemia akibat infeksi cacing.
  • Dewasa yang beraktivitas di lingkungan dengan sanitasi buruk (misalnya pekerja sawah, perkebunan, atau tambang).
  • Individu dengan status gizi rendah, karena kecacingan dapat memperparah malnutrisi dan anemia.

Sementara itu, tidak semua kelompok harus mengikuti aturan ini setiap enam bulan sekali. Menurut Prof. Zullies, dewasa yang tinggal di perkotaan dengan sanitasi dan kebersihan pribadi baik, secara umum tidak perlu mengonsumsi obat cacing secara rutin. Namun, tetap dianjurkan jika ada risiko tinggi atau muncul gejala tertentu.

Kasus meninggalnya seorang anak kecil di Sukabumi karena kecacingan tidak tertangani telah menimbulkan fenomenal baru di kalangan Gen Z. Banyak di antaranya yang segera membeli dan mengkonsumsi obat cacing sendiri sebagai tindak lanjut atas kejadian tersebut.

Terbaru, data menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan di Indonesia mencapai 50% anak usia sekolah di daerah pedesaan. Hal ini menandakan bahwa masalah ini masih relevan dan memerlukan perhatian serius. Infeksi cacing tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi kinerja akademis anak-anak.

Dalam rangka mengatasi hal ini, penting untuk menggabungkan pengobatan dengan peningkatan kebersihan dan sanitasi. Pendidikan tentang praktik higiene yang baik, seperti mencuci tangan secara rutin dan memakai sepatu, dapat membantu mencegah penyebaran telur cacing.

Solusi jangka panjang juga melibatkan pengembangan infrastruktur sanitasi di daerah terpencil. Dengan demikian, dapat dikurangi risiko reinfeksi dan memberdayakan masyarakat untuk hidup lebih sehat.

Tidak pernah terlambat untuk memulai perubahan. Mulailah dari diri kita sendiri dengan menjaga kebersihan dan mengetahui risiko kecacingan di sekitar kita. Jaga kesehatan, mulai hari ini!

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Satu pemikiran pada “Gen-Z FOMO Mengonsumsi Obat Cacing Akibat Kasus Sukabumi Menurut Ahli Farmasi UGM”

  1. Duh, Gen Z, FOMO-nya sampe ke obat cacing? Mungkin efek TikTok challenge yang salah sasaran kali ya? Semoga nggak ada yang sampe keracunan gara-gara ikutan tren nggak jelas ini deh. Ada yang pernah ngalamin hal serupa?

    Balas

Tinggalkan Balasan