Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengonfirmasi bahwa beras premium kembali tersedia di toko-toko ritel setelah sebelumnya ditarik dari pasaran akibat masalah kualitas dan dugaan oplosan. Namun, pasokan masih terbatas dan distribusinya belum merata di seluruh wilayah.
Solihin, Ketua Umum Aprindo, menyatakan bahwa produsen telah mulai mengirimkan beras terbaru sejak bulan Agustus 2025. Beberapa toko masih menjual stok lama yang belum diretur, meskipun beberapa produsen telah meminta pengembalian produk lama. Penggantian dengan produk baru masih dalam proses.
“Kami berharap produksi baru mempunyai kualitas yang benar-benar premium, sehingga pasokan bisa stabil. Kualitas harus diutamakan karena beras premium telah menjadi pilihan utama bagi konsumen,” kata Solihin, Jumat (22/8/2025).
Untuk menjaga kemampuan beli masyarakat, produsen menurunkan harga sebesar Rp 1.000 per kemasan 5 kg. Harga beras premium sekarang adalah Rp 73.500 per kg, di bawah HET sebesar Rp 74.500.
Solihin mengakui bahwa penjualan beras premim terpengaruh oleh penurunan produk lama yang diduga oplosan. Namun, ia menyampaikan bahwa toko ritel tetap menjual beras dengan kualitas sesuai standar.
“Penjualan beras menurun karena adanya kontribusi besar dari merek yang diduga oplosan,” tambah Solihin.
Sementara itu, Kementerian Pertanian memprediksi harga beras akan terus menurun dalam waktu dekat. Data panel harga pangan Bapanas pada 20 Agustus 2025 menunjukkan penurunan harga beras medium dan premium di 13 provinsi, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Sulawesi Selatan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan tren penurunan harga beras sudah tampak. “Premium sudah turun Rp 1.000 untuk kemasan lima kilogram. Laporan ini dari Ketua Aprindo. Saya optimis dalam beberapa hari ke depan harga akan lebih stabil seiring peningkatan distribusi beras SPHP,” ujarnya, Kamis (21/8/2025).
Amran menegaskan pemerintah terus mendukung program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui Perum Bulog sebagai upaya utama mengendalikan fluktuasi harga. “Pemerintah berfokus pada distribusi beras SPHP sebanyak 1,3 juta ton hingga akhir tahun. Stok beras nasional saat ini mencapai 3,9 juta ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun,” tegasnya.
Studi kasus menunjukkan bahwa penurunan harga beras tidak hanya dipengaruhi oleh faktor produksi, tetapi juga oleh kepastian distribusi yang terkoordinasi dengan baik. Hal ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam menjamin stabilitas pasokan pangan. Konsumen juga dapat memanfaatkan informasi ini untuk memonitor perubahan harga dan kualitas beras di pasaran.
Dalam waktu dekat, diharapkan pasokan beras premium akan semakin stabil dan distribusinya merata. Ini akan memberikan manfaat bagi konsumen yang memerlukan beras dengan kualitas terjamin. Timbulnya kesadaran akan kualitas produk juga dapat mendorong produsen untuk terus meningkatkan standar keberlanjutan.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Owner Thecuy.com