Kejagung Penangkap Riza Chalid sebagai Tersangka TPPU Karena Aset Disamarkan

Kejaksaan Agung (Kejagung) telah membuka informasi mengenai penyangkalan Riza Chalid sebagai tersangka Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) setelah sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi tata kelola minyak mentah. Kejagung menemukan adanya aset Riza Chalid yang disembunyikan pada pihak lain.

“Prasangka korupsi biasanya didasarkan pada kasus korupsi. Namun setelah diperdalam, ditemukan adanya aset-aset yang disembunyikan melalui proses pelapisan. Hal ini masuk ke dalam kategori TPPU. Kedua kasus ini umumnya saling berhubungan, tidak terpisah,” ujar Kapuspenkum Kejagung Anang Supriatna kepada media di kantornya, Jumat (22/8/2025).

Anang menerangkan bahwa beberapa aset yang disita merupakan bagian dari aset yang telah disembunyikan. Beberapa di antaranya terhubung dengan Irawan Prakoso (IP), yang dikenal sebagai rekan bisnis Riza. “Benar, sebagian aset tersebut adalah upaya penyembunyian. Hanya saja, lima mobil merk Mercedes yang disita sebelumnya, ada juga aset lain yang sedang ditelusuri,” katanya.

“(Penyitaan) yang pertama terafiliasi dengan IP dan yang kedua tidak,” tambahnya.

Irawan telah dipanggil tiga kali sebagai saksi namun belum hadir. Informasi menunjukkan Irawan saat ini tidak berada di Indonesia. “Belum (DPO) baru dipanggil tiga kali sebagai saksi namun tidak hadir. Diketahui perubahan yang bersangkutan tidak ada di Indonesia,” kata Anang. Ketika diminta komentar terkait kemungkinan Irawan menjadi tersangka, Anang menjawab penyidik masih melakukan pengembangan kasus.

Kejagung resmi mengeluarkan DPO (Daftar Pencarian Orang) untuk Riza Chalid pada 19 Agustus 2025. Riza tiga kali tidak hadir ketika dipanggil Kejagung. Kejagung juga merencanakan untuk mengajukan red notice bagi Riza Chalid.

Sampai saat ini, Riza Chalid terlihat berada di Malaysia. Dia meninggalkan Indonesia sejak Februari 2025. Pemerintah melalui Kementerian Imigrasi dan Permasyarakatan telah mencabut paspor Riza.

Selain itu, Kejagung telah menyita total sembilan mobil dari pihak yang memiliki kaitan dengan Riza Chalid. Mobil-mobil ini disita dari hasil operasi penggeledahan di wilayah Jakarta dan Bekasi. Anang menyebut pihak terafiliasi sebagai pihak yang bekerjasama dengan Riza Chalid. Identitas pihak tersebut belum diungkapkan lebih detail.

Dari sembilan mobil yang disita, lima di antaranya diduga milik Riza Chalid, termasuk Toyota Alphard, MINI Cooper, dan tiga mobil sedan Mercedes. Semua mobil tidak memiliki plat nomor saat disita. Tidak lama kemudian, Kejagung kembali menyita empat mobil diduga milik Riza Chalid, yaitu satu unit BMW tipe 528i warna putih metalik, satu unit Toyota Rush warna hitam metalik, satu unit Mitsubishi Pajero Sport warna hitam mika, dan satu unit Mitsubishi Pajero Sport 2.4L Dakar warna hitam mika.

Hasil investigasi menunjukkan adanya jaringan pencucian uang yang kompleks di dalam kasus ini. Pola penyembunyian aset yang dilakukan menunjukkan kemungkinan adanya kolusi antara berbagai pihak. Pemerintah harus lebih tajam dalam mengejar dan memerangi pelanggaran hukum seperti ini.

Kasus Riza Chalid tidak hanya mengungkap korupsi, tetapi juga memaparkan betapa pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam sistem keuangan negara. Setiap warga harus sadar akan pentingnya memerangi korupsi dari segala sudut.

Baca juga Berita lainnya di News Page