Pada kesempatan audiensi mengenai masa depan Rumah Pintar Nasional di Gedung MPR RI, Wakil Ketua MPR RI dan Ketua Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menyampaikan pesan-pesan inspiratif melalui pantun. Acara bertajuk “Bersinergi Mencerdaskan Negeri: Membangun Generasi Cerdas Bersama Rumah Pintar Nasional” diikuti oleh pengurus inti P2RPN, termasuk Murniati Widodo, Carolina Kaluku, dan Deden Ariffan.
Ibas memulai ucapan dengan sapa penuh semangat, mengingatkan peserta akan peran MPR sebagai penjaga konstitusi dan kedaulatan rakyat. Selain menyampaikan sambutan tradisional, ia membawakan pantun yang menyentuh berbagai tema.
Dengan suasana yang hangat, Ibas merangkai pantun-pantun yang mengisyaratkan pentingnya literasi, kepedulian, dan semangat kebangsaan. Termasuk di antaranya, ia menyampaikan pantun tentang kerja sama dan kepedulian anggota Partai Demokrat di DPR.
“Pulang ke rumah bawa ikan,
Ikan segar di meja makan.
Inilah sahabat Demokrat,
Anggota DPR yang penuh kepedulian.”
Ia juga berkesempatan membagikan pantun tentang peran penting suara perempuan, serta menceritakan kenangan bersama istrinya, Aliya Rajasa, dalam program Mobil Pintar. Selain itu, Ibas mengingatkan akan pentingnya merawat literasi dan pendidikan sebagai hak asas bangsa.
“Ke rumah nenek membawa peta,
Singgah sebentar di kolam ikan.
Buku bukan cuma untuk dibaca,
Tapi jendela menuju masa depan.”
Pantun yang disampaikan berbeda dengan biasanya, menjadi medium yang efektif dalam menyampaikan pesan hati dan ambisi terhadap program Rumah Pintar. Dalam pengucapannya, Ibas juga tidak lupa untuk membagikan kesopanan dan penghormatan.
“Bunga melati harum lembut,
Tumbuh indah di pagi cerah.
Jika ada kata yang tak tepat menyentuh,
Izinkan kami mohon maaf dengan penuh berkah.”
Pengabaran pantun-pantun tersebut diwujudkan bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai ungkapan yang kuat tentang harapan dan komitmen dalam membangun generasi cerdas.
Data riset terbaru menunjukkan bahwa penggunaan media alternatif seperti pantun dalam pendidikan dapat meningkatkan engagement peserta dan memudahkan proses pemahaman konsep kompleks. Studi menunjukkan bahwa unsur-unsur budaya lokal, seperti pantun, dapat menjadi jembatan yang efektif dalam menyampaikan pesan pendidikan dan kebangsaan.
Studi kasus dari program Mobil Pintar menunjukkan bahwa integrasi elemen budaya dengan pendidikan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, terutama di daerah terpencil. Terlebih lagi, penggunaan pantun dalam komunikasi pendidikan dapat mengurangi hambatan bahasa dan meningkatkan kesadaran sosial.
Langkah-langkah seperti yang dilakukan Ibas pada audiensi tersebut terbukti dapat memotivasi dan mempersatukan peserta, menunjukkan betapa pentingnya menyandikan nilai-nilai kebangsaan dalam setiap kegiatan pendidikan. Mari kita terus merangkai harapan dan tata krama dalam membangun bangsa yang lebih cerdas dan harmonis.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.
Wah, pantunnya Mas Ibas cakep banget yaaa…sampai bikin semangat kebangsaan membuncah! Kira-kira pantunnya lebih berima atau lebih berasa nasionalismenya, nih? Ada yang udah baca dan mau bagi-bagi review singkat?