Bupati Kuansing Memuji Kapolda Riau sebagai Pahlawan Lingkungan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bupati Kuantan Singingi, Suhardiman Amby, mengungkapkan penghargaan pada Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan atas dukungannya dalam mengatasi aktivitas penambangan emas ilegal di Sungai Kuantan. Suhardiman menggelari Irjen Herry sebagai “pemimpin lingkungan” karena upayanya dalam membersihkan sungai tersebut.

Kata-katanya tersebut disampaikan saat pembukaan Festival Pacu Jalur 2025 di Tepian Narosa, Kelurahan Teluk Kuantan, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuansing, Selasa (20/8/2025). “Kita bangga dengan pahlawan lingkungan kita, Kapolda Riau dan Danrem kami, karena sungai kita kini kembali mencerminkan indah seperti semula,” ujar Suhardiman, dihadirkan tepuk tangan hangat dari hadirin.

Acara ini diresmikan oleh Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, dengan kehadiran Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, Gubernur Riau Abdul Wahid, serta perwakilan dari berbagai duta besar, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan International Coconut Community (ICC).

Suhardiman mengungkapkan bahwa Pacu Jalur merupakan warisan budaya bersejarah sejak abad ke-17. Tradisi ini bermula dari pembuatan jalur (perahu kayu) yang panjang, bisa memuat 55 hingga 73 orang. Awalnya, jalur digunakan untuk transportasi antar kampung serta mengangkut hasil bumi seperti karet, padi, dan kayu. Seiring waktu, jalur menjadi simbol persatuan dan martabat, sehingga berkembang menjadi tradisi Pacu Jalur pada zaman Kerajaan Indragiri.

Hingga kini, Pacu Jalur tetap hidup dan menjadi bagian dari upacara adat, perayaan Islam, dan pesta masyarakat. Tradisi ini kini juga menjadi ikon budaya nasional yang menarik wisatawan asing. “Pacu Jalur bukan hanya olahraga, melainkan cerminan adat dan budaya Melayu Kuantan Singingi,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Riau Abdul Wahid menyampaikan terima kasih kepada Irjen Herry Heryawan dan aparat Forkopimda atas usaha mereka dalam mengembalikan kejelasan Sungai Kuantan setelah operasi penanggulangan penambangan ilegal. Terima kasihnya disampaikan melalui pantun: “Kalau tuan memakan selasih, ambil selasih dibungkus dengan daun sirih. Kepada Pak Kapolda dan forkopimda, saya ucapkan terima kasih, karena sungai kami sudah kembali jernih.”

Data Riset Terbaru:
Penelitian terkini menunjukkan bahwa tradisi Pacu Jalur telah berkembang menjadi fenomena budaya yang signifikan, menarik perhatian global. Dengan adanya dukungan pemerintah dan masyarakat, tradisi ini tidak hanya melestarikan nilai nilai budaya, tapi juga berperan dalam pengembangan pariwisata daerah.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Pembahasan ini menggambarkan bagaimana budaya bisa berkembang dan beradaptasi dalam kondisi modern. Upaya pemeliharaan lingkungan seperti yang dilakukan oleh Kapolda Riau, tidak hanya memprioritaskan keindahan sungai, tetapi juga mendukung kelestarian tradisi lokal. Hal ini menunjukkan pentingnya sinergi antara upaya konservasi dan pelestarian budaya.

Kesimpulan:
Tradisi Pacu Jalur bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga refleksi kesatriaan dan kebersamaan masyarakat. Dukung dan raih inspirasi dari pesan ini, agar budaya kita tetap hidup dan menjadi sumber kehangatan bagi masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan