Australia’s PM Responds Calmly to Netanyahu’s Criticism Over Palestine Recognition

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemimpin Australia, Anthony Albanese, menunjukkan respon tenang terhadap serangan verbal dari Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, terkait dengan keputusan Canberra untuk mengakui negara Palestina. Albanese menegaskan bahwa dirinya selalu menghargai setiap pemimpin luar negeri dalam interaksi diplomatiknya.

Dalam pertemuan dengan wartawan pada Selasa sore, Netanyahu menuduh Albanese sebagai “politikus lemah yang mengkhianati Israel” dan “menelantarkan warga Yahudi di Australia”. Tanggapan keraspun datang dari Menteri Dalam Negeri Australia, Tony Burke, yang mengecam Netanyahu dengan menyebut bahwa “kekuatan tidak diukur dari jumlah orang yang dapat dipaksa kelaparan atau dikorbankan”.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menanggapi langkah Australia dengan membatalkan visa beberapa pejabat Israel. Langkah tersebut diambil setelah Australia membatalkan visa anggota parlemen Israel, Simcha Rothman, karena khawatir pidatonya akan mengESkalasikan ketegangan.

Menurut laporan Reuters pada Rabu (20 Agustus 2025), Albanese tetap mendukung keputusannya untuk mengakui Palestina, tanpa terpengaruh oleh serangan Netanyahu. “Saya tidak merasa terpengaruh oleh serangan pribadi seperti itu. Saya berinteraksi dengan masyarakat internasional secara profesional. Netanyahu juga pernah mengkritik pemimpin lain,” kata Albanese di ruang media.

Sejak beberapa pekan lalu, hubungan antara kedua negara semakin memanas setelah Australia mengumumkan rencana untuk mengakui Palestina di depan PBB bulan depan. Netanyahu pun memanggang Albanese di media sosial resmi dengan mengatakan, “Sejarah akan mengingat Albanese sebagai politikus lemah yang menelantarkan rakyat Yahudi di Australia.”

Albanese juga menceritakan bahwa sebelum keputusan resmi dilakukan, dirinya telah memberitahu Netanyahu tentang rencana tersebut melalui telepon. “Saya memberinya kesempatan untuk membahas solusi politik yang bisa diambil,” ujarnya. Namun, usaha damai tersebut tidak berdampak positif. Ulang-alik balasan antardua negara semakin membuat hubungan mereka merosot.

Penolakan Australia memberikan visa bagi anggota parlemen Israel Simcha Rothman masih menjadi sorotan. Menurut pengumuman Canberra, Rothman dinilai akan “membagi-bagi masyarakat Australia” jika diperbolehkan berkunjung. Sebagai balasan, Israel mencabut visa perwakilan Australia di Otoritas Palestina, yang ditindaklanjuti dengan kritik keras dari Israel terhadap keputusan Australia.

Kedua negara kini berdiri di kancah diplomasi international dengan sikap yang berbeda. Australia kontinumen menguatkan kedaulatan Palestina, sedangkan Israel tetap mengamankan kepentingan negaranya dengan tegas. Perselisihan ini menimbulkan tantangan baru bagi hubungan bilateral mereka.

Setiap keputusan diplomasi selalu memiliki dampak jangka panjang. Ketegangan saat ini mengingatkan betapa pentingnya dialog antarnegara untuk mencapai stabilitas regional.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan