Warga Kampung Benteng Kota Tasikmalaya Tidak Membuang Sampah ke TPA Ciangir

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kampung Benteng di RW 7, Sukamenak, Purbaratu, Tasikmalaya, telah mengambil langkah mandiri dalam mengelola sampah. Sejak sekitar empat bulan terakhir, mereka tidak lagi mengirim sampah ke TPA Ciangir. Inisiatif ini diawali oleh Fajar dan Ketua RW 7, Riska Suswanto, yang mengembangkan sistem pengelolaan sampah melalui swadaya masyarakat. Prosesnya sederhana: setiap dua minggu sekali, petugas kampung mengumpulkan sampah dari rumah warga.

Fajar menjelaskan, awalnya ide ini hanya untuk rumahnya sendiri, tetapi kemudian DKM tertarik untuk menerapkannya di seluruh kampung. Keputusan ini disambut baik oleh warga. Sampah yang dikumpulkan tidak langsung dibuang, melainkan diproses dengan incinerator sederhana, dua kali seminggu pada hari Senin dan Jumat. Menurut Fajar, dalam empat hari, sampah yang terkumpul mencapai 1,2 ton, sehingga dalam seminggu totalnya mencapai 3 hingga 4 ton.

Masih bergantung pada swadaya warga, sistem ini berjalan melalui iuran sukarela, di mana masing-masing warga menyisihkan Rp2.000 saat petugas sampah datang. Namun, Fajar sadar bahwa keberlanjutan harus diperhatikan, terutama untuk memastikan operator pengelola sampah dapat bertahan hidup dari pekerjaan ini.

Keberhasilan ini membuat warga Kampung Benteng merasa lebih nyaman, karena lingkungan mereka tetap bersih tanpa menambah beban TPA Ciangir. Mereka berharap inisiatif ini dapat dijadikan teladan di kelurahan lain di Tasikmalaya.

Data Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya menunjukkan bahwa kota ini menghasilkan lebih dari 320 ton sampah per hari, sebagian besar langsung dikirim ke TPA Ciangir tanpa pengolahan yang memadai. TPA Ciangir masih menggunakan sistem controlled landfill, dimana sampah hanya ditimbun dengan tanah, bukan sanitary landfill yang lebih ramah lingkungan.

Pemerintah Kota Tasikmalaya memiliki rencana untuk mengubah TPA Ciangir menjadi sistem sanitary landfill, tetapi sebagian besar masih dalam tahap persiapan dan belum bisa mengatasi masalah volume sampah harian yang berlebihan.

Inovasi pemrosesan sampah di Kampung Benteng menunjukkan bahwa perubahan lingkungan bisa dimulai dari masyarakat. Dengan dukungan dan kesadaran kolektif, solusi berkelanjutan untuk mengurangi sampah dapat dicapai. Setiap usaha kecil, seperti ini, dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk bergerak lebih aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan