Siswa SMA Tewas Jatuh ke Jurang Setinggi 100 Meter di Bukit Sempana, Lombok

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Siswa SMA berinisial ZL, berusia 16 tahun, menemui ajalnya setelah terjatuh ke dalam jurang yang dalam mencapai 100 meter di Bukit Sempana, kawasan Sembalun, Lombok Timur, NTB. Kejadian ini terjadi ketika ZL dan teman-temannya sedang mengalahkan rintangan bukit setelah menyelesaikan aktivitas mendaki.

Menurut laporan detikBali, peristiwa menakutkan ini terjadi pada Minggu, 17 Agustus 2025. ZL bersama tujuh rekan sekolahnya dari Kota Mataram telah memulai perjalanan mendaki sejak Sabtu sore, 16 Agustus.

AKP Nikolas Osman, Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Polres Lombok Timur, menjelaskan bahwa korban, siswa kelas XI SMA, mengalami kecelakaan saat sedang menuruni bukit. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 12.00 Wita, ketika grup siswa tersebut tengah mempersiapkan turun dari Bukit Sempana.

Sebelum jatuh, suara ZL yang meminta tolong terdengar oleh salah satu temannya, Fathir. Pada saat itu, korban masih tergantung pada tebing dengan berusaha menggendong diri menggunakan rumput. Fathir segera mencoba memberikan bantuan, namun upayanya tidak dapat mencegah ZL terjatuh dengan tragis.

Fathir kemudian melcomotkan suara keras memanggil bantuan dari rekan-rekannya yang sudah lebih dahulu mendaki. Mereka langsung melaporkan kejadian ke pengelola Bukit Sempana. “Kurang lebih pukul 16.00 Wita, korban akhirnya dapat dievakuasi oleh tim pengelola bukit dan dibawa ke Puskesmas Sembalun untuk penanganan medis darurat. Di lokasi kejadian tidak ada sinyal komunikasi, sehingga komunikasi menjadi terhambat,” papar Nikolas.

Menurut laporan terkini, aktivitas mendaki yang dilakukan oleh siswa SMA di wilayah tersebut seringkali menghadapi risiko tinggi, terutama di area dengan topografi yang curam dan tanpa fasilitas keamanan yang memadai. Kejadian ini mengingatkan para pendaki untuk selalu mematuhi protokol keamanan dan memastikan adanya perlindungan yang cukup.

Pelajaran dari tragedi ini menimbulkan kesadaran bahwa petualangan di alam terbuka memerlukan persiapan yang matang. Siswa-siswa disarankan untuk selalu berpetualang dalam kelompok, membawa peralatan pendakian standar, dan memastikan adanya komunikasi yang stabil saat berada di kawasan terpencil. Tenaga penyelia atau pengawas dari pihak sekolah juga diperlukan untuk mengawasi aktivitas ekskursi siswa, terutama di daerah yang berisiko tinggi.

Menghadapi kehilangan namun tetap kuat, mari kita selalu ingat, setiap langkah yang kita ambil di lokalitas alam haruslah cermat dan tertib, demi keselamatan kita dan teman sekalian.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan