Review Demon Slayer: Infinity Castle Part I Kurang Memuaskan

Saskia Puti

By Saskia Puti

📅 Jadwal Tayang & Info Film Mendatang

Cek jadwal tayang film-film yang paling ditunggu tahun ini. Jangan sampai ketinggalan premiere film favorit kamu!

Review Demon Slayer: Infinity Castle Part I Kurang Memuaskan

Dalam ulasan ini, tim kami akan membagikan pengalaman setelah menyaksikan film terbaru serangkaian Kimetsu no Yaiba yang akhirnya tayang di bioskop Indonesia.

Film ini mengisahkan cerita dari arcs Infinity Castle dalam manga. Alur ceritanya mengikuti upaya para Hashira dan Demon Slayer dalam menghadapi Kibutsuji Muzan di markas iblis yangknown sebagai Infinity Castle.

Selain Muzan, Tanjiro Kamado dan rekan-rekannya juga harus menentang Upper Moon, termasuk Doma, Kaigaku, dan Akaza, yang sebelumnya membunuh Hashira Rengoku namun tetap hidup dan tersembunyi di dalam benteng tersebut.

Meski sudah sangat ditunggu-tunggu, hasinya justru tidak sesuai dengan keinginan para penonton.

Film dengan durasi lebih dari 120 menit ini memuat banyak kilas balik selama adegan-pertaarungan. Rasanya seperti menonton episode-episode anime yang dikompilasi menjadi satu film.

Padahal, unsur terbaik dari Demon Slayer terletak pada perjuangannya yang penuh semangat, emosi, dan kesan dalam. Sayangnya, aksi di film ini justru tergusur oleh banyaknya adegan kilas balik yang memotong intensitas.

Pada babak pertama, terjadi duel antara Shinobu Kocho dan Doma, Upper Moon kedua. Sebagai Hashira, Shinobu tampaknya tidak mampu memberikan perlawanan yang efektif. Namun, pertarungan ini tetap terbilang menarik, terutama ketika Shinobu menunjukkan teknik Breath of Insect: Centipede di akhir. Teknik ini memungkinkan gerakan cepat dengan pola zig-zag untuk membingungkan lawan sebelum menyerang dengan pedang beracun.

Teknik ini sedikit mirip dengan Shukuchi yang digunakan Sojiro Seta di Rurouni Kenshin. Namun, ketegasan duel ini cepat hilang karena sering diinterupsi oleh dialog dan flashback.

Pada babak selanjutnya, Zenitsu menghadapi Kaigaku, seniornya yang kini menjadi iblis. Banyak penggemar yang antusias menantikan saat ini karena ingin melihat Zenitsu bertindak serius dan dalam kondisi mode sadar.

Akan tetapi, konfrontasi ini terasa kurang menarik. Sebenarnya, pertarungan petir harus menunjukkan kecepatan dan kekuatan maksimum, namun yang ditampilkan hanya sebagian dari potensinya. Kaigaku kalah dengan mudah setelah Zenitsu menggunakan Teknik Thunder Breathing: Seventh Form, yang diciptakan sendiri. Padahal, pertarungan ini bisa menjadi momen terbaik jika Ufotable memberinya waktu yang lebih lama.

Dalam pertarungan utama film ini, Giyu Tomioka dan Tanjiro berhadapan dengan Akaza. Pertarungan ini lebih lama dari duel lain di film ini, tetapi masih banyak dikaitkan dengan flashback. Akaza digambarkan sebagai tokoh dengan latar belakang yang sedih: dari seorang pencuri yang berjuang untuk ayahnya hingga petarung dojo dan suami yang kehilangan segalanya karena racun.

Meski memberikan kedalaman pada karakter, penyajiannya terlalu menonjol sehingga mengurangi ketegasan saat pertarungan berlangsung. Meskipun ada banyak momen spektakuler, keintensifan sering terganggu oleh kemunculan kilas balik berulang.

Meskipun dalam manga pertarungan itu sering diselingi banyak kilas balik, Ufotable harus lebih menonjolkan bagian pertarungan itu sendiri, terutama saat aksi utama terjadi. Jika dibandingkan dengan film Mugen Train yang berfokus pada pertempuran Rengoku melawan Akaza, film ini terasa kurang menarik dan cenderung membosankan.

Animasinya tetap tinggi dengan detail yang baik, efek pertempuran, dan atmosfer yang appareil di Infinity Castle. Namun, penyajian cerita kurang memuaskan karena perhatian utama pada aksi teralir ke kilas balik yang banyak.

Meski begitu, plot dalam manga Demon Slayer tidak terlalu kompleks, tetapi dalam adaptasi seri ini, Ufotable mampu membawakannya dengan hebat melalui visual yang menawan dan koreografi pertempuran yang mengagumkan. Sayangnya, di Infinity Castle Part I, kesan ini tidak maksimal.

Film ini mampu menjadi salah satu puncak dalam seluruh seri ini. Sayangnya, banyaknya adegan kilas balik menghambat kekuatan utama film ini, yaitu pertarungan penuh emosi yang menegangkan. Penonton yang lebih suka dengan pengembangan karakter dan latar belakang iblis mungkin akan merkannya sebagai nilai positif. Namun, bagi mereka yang berharap pertarungan seru seperti Mugen Train, film ini tampak kurang memuaskan.

Baca juga games lainnya di Info game terbaru atau cek review mobile legends lainnya.

Tinggalkan Balasan