Jakarta — Puncak pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska berakhir tanpa hasil kesepakatan mengenai Ukraina. Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, saat ini telah menjadi “masalah” yang memerlukan perhatian.
Pada konferensi pers sesudah pertemuan tersebut, kedua pemimpin merangkak soal kemungkinan kesepakatan untuk memperbaiki hubungan, namun gagal memberikan pembaruan terkait gencatan senjata dalam perang Ukraina. Frederiksen menjelaskan niatnya untuk menekan pemerintahan Israel terkait perang di Gaza, dengan alasan Denmark saat ini memegang posisi Presiden Uni Eropa. Dia juga mengkritik tindakan Israel yang dianggap “terlalu jauh.”
Selain itu, berikut adalah berita internasional lainnya yang populer hari ini, Sabtu (16/8/2025): Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin menutup pertemuan mereka di Alaska, pada Jumat (15/8) menurut waktu setempat, tanpa mencapai kesepakatan apa pun mengenai Ukraina. Pertemuan tersebut berlangsung selama tiga jam, namun tidak mengeluarkan informasi baru terkait gencatan senjata dalam konflik Ukraina.
Trump, yang dikenal dengan sebutan diri sebagai “master deal-maker,” menyambut Putin dengan kenaikan status di pangkalan udara Alaska. Ini merupakan kunjungan pertama Putin ke wilayah Barat sejak ia memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan terjadinya “kesepahaman” dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sesudah pertemuan keduanya di Alaska, pada Jumat (15/8) menurut waktu setempat. Putin percaya bahwa kesepahaman ini dapat memajukan perdamaian di Ukraina.
Pertemuan antara Putin dan Trump pada Jumat (15/8) waktu setempat diharapkan untuk membahas solusi terhadap perang di Ukraina. Namun, setelah tiga jam diskusi di Joint Base Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska, tidak ada kesepakatan yang dicapai. Meskipun demikian, Putin mengakui ada kesepahaman antara dirinya dan Trump mengenai Ukraina.
Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, mengutuk dan mengaitkan pengucapan Naim Qassem, pemimpin Hizbullah, yang dianggap telah mengancam dengan pernyataan yang tidak bisa diterima untuk memicu perang sipil di negara tersebut. Ucapan tersebut datang setelah Qassem menolak rencana pemerintah Lebanon untuk melucuti persenjataan Hizbullah.
Qassem memperingatkan bahwa upaya untuk membubarkan senjata Hizbullah akan mengganggu keamanan nasional Lebanon. Dia menekankan bahwa jika senjata Hizbullah diambil, pemerintah Lebanon akan bertanggung jawab atas kerusuhan atau pertempuran yang mungkin terjadi akibat keputusan tersebut.
Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan setidaknya 1.760 warga Palestina tewas saat mencari bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza sejak akhir Mei. Sebagian besar kematian tersebut disalahkan pada pasukan militer Israel.
PBB mencatat peningkatan jumlah korban sejak publikasi data terakhir mereka pada awal Agustus. Data tersebut, yang dirilis melalui AFP pada Sabtu (16/8/2025), mencakup periode setelah Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel, mulai menyuplai bantuan kemanusiaan di beberapa lokasi di Jalur Gaza.
Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai “masalah” saat ini. Frederiksen mengaku akan berusaha untuk memberatkan Tel Aviv terkait perang Gaza, dengan alasan Denmark sekarang memegang posisi Presiden Uni Eropa.
Dalam wawancara dengan harian Jyllands-Posten, seperti dilansir AFP pada Sabtu (16/8/2025), Frederiksen menyatakan, “Netanyahu sendiri kini menjadi masalah.” Dia juga menambahkan bahwa tindakan pemerintah Israel telah “terlalu jauh.
Pertemuan antara Trump dan Putin di Alaska tidak menghasilkan kesepakatan mengenai Ukraina, sementara Qassem menolak upaya pemerintah Lebanon untuk melucuti Hizbullah. PBB melaporkan banyak korban saat pencarian bantuan di Gaza, dan Frederiksen mengkritik Netanyahu atas tindakan Israel yang dianggap melampaui batas.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.
Waduh, G20 kok kayak pasar rame banget ya? Mungkin lagi pada rebutan diskon akhir tahun kali, sampai conflict tajam gitu. Semoga aja nggak sampe perang harga, ntar kita yang susah beli sayur. Kira-kira penyebab utamanya apa hayooo?