Rise of Kingdoms Bukan Game Pay-to-Win, Ini Buktinya.

Photo of author

By Nur

🎯 Rise of Kingdoms Bukan Game Pay-to-Win, Ini Buktinya.

Siap menaikkan level permainanmu? Temukan semua rahasia dan strategi terbaik dalam artikel ini!

Sering banget kan kita dengar celetukan, “Ah, Rise of Kingdoms mah game sultan!” atau “Percuma main kalau nggak ngeluarin duit, pasti kalah.” Jujur saja, saya pun pernah ada di posisi itu. Lagi asyik-asyiknya bangun peradaban, eh, tiba-tiba kota kita rata sama tanah diserang pemain yang kekuatannya puluhan juta lebih tinggi. Rasanya pengen langsung uninstall! Tapi, tahan dulu emosimu, bro. Setelah menghabiskan ribuan jam dalam game ini, saya bisa dengan yakin bilang kalau anggapan Rise of Kingdoms bukan game pay-to-win itu ada benarnya, kok.

Game ini memang punya opsi buat para pemain yang ingin mempercepat progres dengan uang sungguhan, itu tidak bisa dipungkiri. Tapi, apakah itu berarti pemain gratisan atau Free-to-Play (F2P) nggak punya kesempatan untuk bersinar? Tentu saja tidak! Kemenangan di RoK itu jauh lebih kompleks daripada sekadar adu tebal dompet. Ini adalah soal strategi, diplomasi, kerja sama tim, dan yang terpenting, kesabaran.

Penasaran gimana caranya kamu bisa tetap kompetitif bahkan jadi ‘pemain ganas’ tanpa harus jual ginjal? Tenang, di artikel ini kita akan bongkar tuntas semua mitos dan bukti yang menunjukkan bahwa dengan cara yang tepat, kamu bisa menikmati dan bahkan mendominasi di dunia Rise of Kingdoms. Siap? Yuk, kita mulai!

Strategi Mengalahkan Kekuatan Uang

Pernah dengar pepatah “uang tidak bisa membeli segalanya”? Di Rise of Kingdoms, pepatah ini berlaku banget. Uang memang bisa membeli pasukan T5 (pasukan level tertinggi) dan komandan legendaris terbaru, tapi uang tidak bisa membeli otak dan strategi yang cerdas. Ini adalah aspek pertama yang sering dilupakan banyak orang.

Saya pernah lihat dengan mata kepala sendiri, seorang pemain dengan kekuatan 30 juta kalah telak melawan dua pemain dengan kekuatan masing-masing 15 juta. Kok bisa? Jawabannya simpel: koordinasi dan strategi. Pemain ‘sultan’ itu maju sendirian dengan sombong, sementara dua pemain lainnya menggunakan taktik pincer attack (serangan menjepit) dengan komposisi pasukan yang tepat. Satu pemain menggunakan full kavaleri untuk mengunci pasukan sultan, sementara pemain lainnya menghajar dari belakang dengan archer yang dipimpin oleh Yi Seong-Gye (YSG). Hasilnya? Pasukan sultan yang mahal itu habis tak bersisa.

Kunci utamanya adalah memahami mekanisme counter-troop. Kavaleri kuat melawan pemanah, pemanah kuat melawan infanteri, dan infanteri kuat melawan kavaleri. Selain itu, pemilihan pasangan komandan yang tepat bisa mengubah jalannya pertempuran. Kombinasi komandan dengan skill yang saling melengkapi (misalnya, satu jago nuke, satu lagi jago support/debuff) jauh lebih mematikan daripada sekadar menurunkan dua komandan kuat secara acak. Jadi, sebelum mengeluh soal pay-to-win, coba tanyakan pada diri sendiri: sudahkah strategi perangmu matang?

Kekuatan Aliansi: Gotong Royong Adalah Kunci

Kalau kamu main RoK sendirian, saya jamin kamu nggak akan bertahan lama. Rise of Kingdoms pada dasarnya adalah game tim. Di sinilah peran aliansi menjadi sangat krusial. Aliansi yang aktif dan solid adalah aset terbesar bagi pemain F2P. Kenapa?

Pertama, ada Bantuan Aliansi. Fitur sederhana ini memungkinkan anggota aliansi saling membantu mempercepat waktu pembangunan dan riset. Semakin aktif aliansimu, semakin cepat peradabanmu berkembang. Ini adalah speed-up gratis yang nilainya tak terhingga. Kedua, Teknologi Aliansi. Riset yang dilakukan bersama-sama ini memberikan buff permanen untuk semua anggota, mulai dari peningkatan statistik pasukan hingga kecepatan mengumpulkan sumber daya.

Ketiga, dan yang paling seru, adalah perang bersama. Saat ada satu anggota diserang, puluhan anggota lain bisa langsung datang membantu. Satu pemain ‘paus’ mungkin bisa meratakan satu atau dua kota F2P, tapi dia tidak akan berdaya jika harus melawan 30 kota yang menyerang secara serentak. Belum lagi hadiah dari Alliance Gift setiap kali ada anggota yang membeli paket atau mengalahkan monster di peta. Ini adalah sumber daya dan item premium gratis yang sangat berharga. Saya pribadi merasakan betapa beruntungnya berada di aliansi yang solid saat event Kingdom versus Kingdom (KvK). Tanpa gotong royong, mustahil bisa menang.

Jadi, Apakah Rise of Kingdoms Bukan Game Pay-to-Win? Tentu Saja, Jika Kamu Tahu Caranya!

Nah, ini dia inti dari semuanya. Label pay-to-win itu seringkali muncul dari pemain yang salah langkah atau tidak sabar. Untuk menjadi pemain F2P yang kuat, kamu harus bermain dengan cerdas dan efisien. Berikut adalah beberapa ‘aturan emas’ yang saya pegang teguh:

  1. Fokus pada Komandan Kunci: Jangan serakah ingin punya semua komandan legendaris. Sebagai F2P, sculpture emas itu barang langka. Pilih satu atau dua komandan legendaris meta (seperti YSG, Alexander the Great, atau Scipio Prime) dan fokuskan semua sculpture emasmu untuk menaikkan skill mereka hingga maksimal (expertise). Jauh lebih baik punya satu komandan ‘jadi’ daripada lima komandan setengah jadi.
  2. Jadilah Pemburu Event: RoK penuh dengan event yang memberikan hadiah melimpah. Manfaatkan event seperti More Than Gems, di mana kamu bisa mendapatkan hadiah luar biasa hanya dengan membelanjakan gems (permata) yang sudah kamu kumpulkan gratis. Simpan speed-up dan item lainnya untuk digunakan saat event yang tepat agar mendapatkan keuntungan maksimal.
  3. Disiplin Manajemen Sumber Daya: Jangan boros! Sumber daya dan speed-up adalah nyawa bagi F2P. Gunakan hanya saat benar-benar perlu, terutama untuk mengejar poin di event atau saat persiapan KvK.
  4. Sabar adalah Koentji: Ingat, ini game maraton, bukan lari cepat. Lakukan aktivitas harianmu: kalahkan barbarian, kumpulkan rune, dan selesaikan misi harian. Perlahan tapi pasti, kekuatanmu akan terus bertambah.
  5. Maksimalkan VIP: Prioritas utamamu sebagai pemain baru adalah menaikkan Level VIP hingga 6 untuk membuka antrian bangunan kedua. Setelah itu, kumpulkan semua gems gratisanmu untuk terus menaikkan level VIP. Target selanjutnya adalah VIP 10, lalu 12, dan akhirnya 14, karena level-level ini memberimu sculpture komandan legendaris gratis setiap hari. Ini adalah cara F2P paling konsisten untuk memperkuat komandan emasmu.
    [IMG-PLACEHOLDER-ed634eef-2a22-413b-b5f2-5a7f6076a7b5]

Komandan Epik yang Nggak Kalah Gahar

Salah satu bukti terbesar RoK ramah F2P adalah keberadaan komandan epik (ungu) yang kekuatannya tidak bisa diremehkan. Kamu tidak perlu menunggu punya Richard atau Guan Yu untuk bisa berkontribusi dalam perang.

Sebut saja Sun Tzu, komandan awal dari peradaban Tiongkok. Dengan skill area-of-effect (AoE) yang sakit dan kemampuannya menghasilkan rage, dia adalah monster di pertempuran massal. Mudah sekali untuk memaksimalkan skill-nya karena sculpture-nya melimpah. Ada juga Bjorn Ironside untuk para Viking yang punya nuke damage besar, atau Joan of Arc yang merupakan salah satu support terbaik di game dengan buff area yang luar biasa. Menguasai komandan-komandan epik ini adalah langkah awal untuk menjadi pemain yang dihormati di kerajaanmu.

Realita ‘Whales’ vs ‘F2P Grinders’

Oke, kita harus realistis. Pemain yang menghabiskan banyak uang, atau yang biasa disebut ‘whales’, memang ada dan secara individu mereka sangat kuat. Melihat mereka dengan pasukan T5 seabrek dan komandan terbaru yang sudah expertise bisa bikin ciut nyali. Tapi, apakah mereka tak terkalahkan? Tentu saja tidak.

Ingat poin soal aliansi dan strategi? Di situlah letak kelemahan seorang whale yang bermain solo. Mereka mungkin bisa memenangkan duel satu lawan satu, tapi dalam perang skala besar seperti KvK, satu whale yang dikepung oleh 5-10 pemain F2P yang terkoordinasi dengan baik, pasti akan kewalahan. Pasukan mereka yang berharga bisa ‘di-zero’ alias dihabisi sampai nol jika mereka salah langkah. Kekuatan F2P terletak pada jumlah, koordinasi, dan keuletan (grinding).

Pada akhirnya, kesimpulan saya tetap sama. Rise of Kingdoms adalah game ‘pay-to-fast’ (bayar untuk cepat), bukan ‘pay-to-win’. Kamu membayar untuk melewati proses grinding yang panjang, bukan untuk membeli kemenangan mutlak. Bagi pemain yang sabar, strategis, dan mau bekerja sama dalam aliansi yang solid, argumen bahwa Rise of Kingdoms bukan game pay-to-win adalah sebuah fakta yang bisa dibuktikan di medan perang.

Jadi, daripada mengeluh, lebih baik asah strategimu, perkuat aliansimu, dan mainlah dengan cerdas. Bagaimana menurut kalian? Apakah kamu punya pengalaman seru sebagai pemain F2P di RoK? Bagikan ceritamu di kolom komentar, ya

📌 Catatan Akhir

Terima kasih telah membaca Rise of Kingdoms Bukan Game Pay-to-Win, Ini Buktinya.. Pastikan untuk bookmark halaman ini agar tidak ketinggalan info terbaru!

Satu pemikiran pada “Rise of Kingdoms Bukan Game Pay-to-Win, Ini Buktinya.”

  1. Lah, serius nih? Rise of Kingdoms bukan pay-to-win? Kok gue merasa dompet gue lebih cepet kosong daripada pasukan gue menang ya? Kira-kira bukti “bukan pay-to-win”-nya berupa apa ya, penasaran nih!

    Balas

Tinggalkan Balasan